Angin Menebar Asa

Oleh: Putri Astrie

Setiap bulan Oktober diperingati sebagai bulan bahasa di Indonesia. Bulan Oktober dipilih sebagai bulan bahasa dan sastra merujuk pada sejarah bangsa. Pada bulan ini tepatnya tanggal 28 Oktober diperingati sebagai hari Sumpah Pemuda. Isi sumpah pemuda adalah: Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia. Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia. Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

Para pemuda yang hadir saat kongres pemuda berasal dari berbagai penjuru daerah seluruh Indonesia. Masing-masing memiliki bahasa daerah, tentu sulit berkomunikasi apabila menggunakan bahasa daerah. Setiap daerah memiliki keunikan bahasa. Oleh karena itu, mereka perlu satu bahasa yang dapat memperlancar komunikasi sehingga ditetapkan pilihan pada bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi yang dapat mempersatukan bangsa.

Peringatan bulan bahasa dan sastra Indonesia belum banyak diketahui oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Biasanya kalangan akademisi, penggiat bahasa, pemerhati bahasa, serta orang-orang yang turut memfokuskan kegiatan kebahasaan saja yang mengetahuinya. Kegiatan seperti lomba menulis puisi, lomba menulis cerpen, lomba pidato, dan perlombaan lain yang berkenaan dengan bahasa diadakan untuk memperkenalkan kepada masyarakat mengenai adanya bulan bahasa dan sastra Indonesia.

Pada bulan Oktober tahun ini kegiatan yang diagendakan di kabupatenku adalah membuat video mereview 28 buku karya penulis di kabupaten Tuban. Video direncanakan berdurasi 15 menit. Video ini akan ditayangkan di chanel you tube mulai tanggal 1-28 Oktober. Saat diajak berpartisipasi, perasaan campur aduk antara senang dan sedih. Senangnya ada perasaan merasa tertantang untuk ikut berperan serta mengikuti kegiatan ini. Sedihnya merasa belum mampu membedah buku dengan bagus. Kendala utama belum pernah sekalipun terlibat secara langsung dalam kegiatan seperti ini. Biasanya hanya sebagai pendengar saja pada saat kegiatan bedah buku berlangsung Terlibat secara langsung dalam pembuatan video merupakan hal baru yang patut dicoba. Setelah merenung dan menimbang akhirnya keputusanku berani menerima tantangan ini.

Berbekal pengetahuan yang terbatas dan bertanya pada teman-teman yang sudah sering mengikuti kegiatan serupa, akhirnya keberanian itu muncul dan mendapat tips untuk dapat membedah buku.Tips kegiatan yang dilakukan sebagai berikut:1. Membaca buku secara utuh. Setelah membaca buatlah daftar hal yang menarik dari buku tersebut. 2. Urutkan poin terpenting. 3. Tambahkan opini pribadi. 4. Bandingkan dengan buku lain yang serupa jika ada. 5. Buatlah kritik dan saran. 6. Menarik kesimpulan.

Semua Langkah tersebut ditulis semuanya dalam susunan scrip dengan durasi 15 menit. Print scrip untuk dijadikan acuan selama shooting.

Pengalamanku masih nol dalam hal ini. Kutanamkan dalam hati agar tak membuat patah arang atau pantang menyerah. Ibarat kata mau perang tetapi senjata yang digunakan sederhana atau seadanya. Kucoba mempersiapkan bahan. Jadwal shooting sudah ditentukan karena masing-masing personil memiliki kesibukan yang tak bisa ditinggalkan. Jadi harus siap tampil sesuai jadwal yang sudah ditentukan.

Judul buku yang kupilih “Pohon dan Ampunan”. Buku antologi cerita anak karya bunda Nur Sholihah, Sebuah buku cerita anak yang sangat inspiratif dan patut mendapat jempol. Kubaca buku ini tidak hanya sekali. Membaca berulang kali agar memahami amanat yang terkandung dalam cerita anak tersebut.

Dua hari mencoba memahami dan menghafal scrip yang sudah kutulis serta berlatih berbicara. Selama ini kemampuan public speaking masih perlu ditingkatkan. Mencoba merekam untaian kalimat dan berusaha mendengarkan kembali rekaman suara tersebut. Tujuannya untuk mengetahui intonasi kalimat dan waktu yang diperlukan apa sudah sesuai atau belum. Mendengar rekaman suara sendiri ternyata hasilnya lumayan. Namun, ada hal yang harus dibenahi terutama kecepatan berbicara.

Hari yang ditentukan untuk shooting pun tiba. Pelaksanaan shooting dilakukan di sebuah perumahan yang cukup elit di kawasan dalam kota. Suasana lokasi cocok dan mendukung kegiatan ini. Tempat yang dipilih adalah sebuah masjid yang memiliki banyak ornamen dari kayu sehingga kesan klasik dan tradisional mendominasi. Kebetulan sore itu, yang siap ada enam orang disilakan untuk memilih view shooting. Halaman, teras, atau dalam masjid boleh digunakan. Kupilih tetapkan hati memilih lokasi di teras masjid.

Teman-teman sudah bergantian tampil. Kucoba mengamati teman yang tampil saat meriview buku. Aduuh, semuanya keren dan bagus. Mereka sudah pengalaman semua sedangkan aku belum ada pengalaman sama sekali. Maklumlah, anak bawang. Grogi itulah yang kurasakan saat mendapat giliran shooting. Kamera sudah on dan mendapat arahan apa yang harus dilakukan. Posisi mata menghadap kamera yang ditunjuk. Dari awal sudah diberitahukan, shooting harus tetap berjalan apapun yang terjadi dan tidak ada cut untuk berhenti di tengah jalan. Setelah siap kamera akhirnya mulai merekam.

Awal perkenalan lancar. Tiba-tiba angin bertiup cukup kencang dan menerbangkan crip yang ada di meja. Kaget sekali saat melihat kertas yang berisi apa yang harus diungkapkan terbang. Angin … oh … angin gara-gara kamu aku kehilangan bahan pembicaraan dan tidak bisa contek kalau lupa. Galau deh jadinya.

Gara-gara angin aku mengalami insiden ini. Cepat menguasai diri itu yang harus dilakukan. Musibah tak membuatku harus berhenti di tengah jalan. Akhirnya mencoba mengingat kembali latihan yang sudah dilakukan beberapa hari sebelum kegiatan ini berlangsung.

“Harus bisa. Semangat untuk diri sendiri!”

Alhamdulillah menit demi menit terlampaui hingga batas pemberi aba waktu berakhir. Akhirnya bisa bernapas lega saat berakhir review buku “Pohon dan Ampunan”. Lancar walaupun tadi sempat khawatir kalau tidak sesuai urutan, yang penting berbicara sesuai latihan. Betapa bahagianya saat teman-teman memberi tepuk tangan saat berakhirnya rekamanku.

“Tidak perlu nyontek, kan?” goda temanku.

Mendengar ucapan temanku aku tersenyum simpul. Siswa saja tidak boleh mencontek apalagi gurunya yang setiap hari berbicara di kelas.

“Semangat dan percaya diri,” ucapku.

Hikmah yang dapat kupetik adalah percaya pada kemampuan diri sendiri.Berpikirlah positif bahwa kita mampu menyelesaikan tugas yang menjadi tanggung jawab. Apabila ada kendala hadapi dengan tenang. Jangan takut untuk berani mencoba sesuatu yang baru. Kegiatan yang positif akan menjadi kenangan tak terlupakan di kemudian hari. Kalau tidak pernah mencoba pasti tidak akan tahu hasil akhirnya. Berani tampil itu prestasi luar biasa. Jangan hiraukan orang yang meremehkan kemampuan kita. Anggap saja itu angin lalu, bagaikan angin yang menerbangkan scripku.


Photo by Giorgio Trovato on Unsplash

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *