Oleh: Nunun Nurgamilah Muhtiani
Hidup tidak selalu indah. Seperti pendaki yang terkadang mendapati jalan yang terjal, kerikil tajam dan jalan yang berkelok. Hal itu juga yang aku rasakan.
Seperti anak sekolah yang akan naik kelas ketika telah selesai ujian. Orang dewasa tentu menganggap ujian anak kecil bukanlah sesuatu yang susah. Akan tetapi, tidak dengan anak kecil yang sedang menghadapi ujian. Bagi mereka tidak semua soal ujian merupakan hal yang mudah.
Sejak kecil aku tumbuh menjadi anak yang periang. Semua hal yang aku inginkan selalu dengan mudah dikabulkan oleh kedua orang tuaku. Begitu banyak curahan cinta dan kasih sayang aku dapatkan dari keluarga.
Selain keluarga aku juga mempunyai beberapa teman dekat. Sahabat yang baik dan perhatian . Aku tidak begitu suka permainan anak perempan seperti bola bekel, lompat tali atau bermain boneka. Aku lebih senang bermain dengan anak laki-laki. Waktu kecil aku lebih suka bermain petak umpet, permainan bola, kejar-kejaran dan permainan lainnya yang dilak ukan bersama anak laki-laki.
Walau bermain dengan anak laki-laki, aku tetap mempunyai beberapa sahabat perempuan. Ada perempuanku yang cukup melankolis. Dia akan cemburu jika aku bermain dengan anak lain selain dengannya. Ada juga seorang sahabat lelaki yang baik dan selalu memberikan aku oleh-oleh, atau barang apapun. Ada juga teman perempuan yang selalu setiap hari menayakan PR halaman berapa. Selain itu ada juga teman lelaki yang selalu menelepon cukup lama, hanya sekedar mengobrol tentang hal apapun. Hidupku selalu dipenuhi oleh banyak orang disekitarku. Tidak pernah kesepian sama sekali.
Kata orang, aku merupakan anak kesayangan guru. Aku rasa tidak begitu juga, hanya saja saat itu aku merupakan anak yang cukup dikenal oleh guru-guru. Hampir setiap jam istirahat guru selalu memintaku untuk sekedar membelikan kue untuknya. Saat itulah, aku selalu mendapatkan jajanan gratis. Guruku yang baik sering sekali memberiku kue atau roti. Intinya kehidupanku saat Sekolah Dasar sangat indah dan berwarna.
Aku juga mempunyai kakak kelas yang baik, dia selalu menyapaku saat bertemu. Kadang mengelus pipi atau rambutku, namanya Kak Nuri. Entah dimana dia sekarang, tetapi yang pasti sejak lulus SD aku tidak pernah lagi bertemu dengannya.
Hingga memasuki bangku smp. Mulailah aku bertemu dengan lebih banyak lagi orang dengan sifat yang beragam. Saat SMP sepertinya hidup hanyalah berlajar dan belajar. Tugas dan pekerjaan rumah selalu menumpuk. Belum lagi ujian yang cukup sulit. Jam sekolah yang padat. Satu-satunya waktu senggang adalah ketika bel istirahat berbunyi.
Sekolahku yang cukup luas membuat aku harus kehilangan banyak waktu ketika akan jajan. Terburu-buru ketika harus masuk ke kelas.Rasanya tidak akan cukup waktu untuk bermain-main Tekadku untuk memasuki sma favorit juga .
Aku juga mengikuti bimbingan belajar. Di tempat bimbingan belajarku selalu ada try out. Saat itu aku selalu dengan penuh percaya diri memilih sekolah favorit yang aku inginkan. Kedua sekolah itu selalu berhasil kuraih saat try out.
Semakin hari aku semakin percaya diri dengan kemampuan yang kumiliki. Hal yang sangat mudah bagiku untuk mendapatkan sekolah yang kuimpikan. Semuanya pasti akan tercapai.
“Bukankah aku selalu berhasil mendapatkan apa yang aku mau?”
Aku bergumam dalam hatiku dengan sangat congkak. Percaya diri yang sangat berlebihan. Membuatku menyepelekan setiap soal yang aku kerjakan saat ujian nasional. Aku merasa kemampuanku di atas rata0rata siswa yang lain. Apalagi aku selalu juara rangking sepuluh besar tidak pernah lepas dari tanganku. Semua terasa sangat mudah.
Hingga tiba saat pengumuman yang dinantikan. Nilai Ebtanas Murni yang kudapatkan tidak segemilang nilai yang kuperoleh saat try out. Banyak soalyang cukup sulit untuk kupecahkan. Walau ada sedikit rasa khawatir, tetapi aku masih tetap percaya diri.
Ternyata aku tidak lolos masuk sekolah yang kudambakan selama ini. Aku sangat terpuruk. Butuh waktu lama membuat aku bangkit kembali. Terlalu menyepelekan suatu hal merupakan hal yang salah.
Pelajaran pertama bagiku mendapatkan kegagalan. Disitulah aku mulai menyadari bahwa kenyataan tidak selalu sesuai dengan apa yang diinginkan. Jalan berliku ada saat kita mencoba mencapai kesuksesan.Tetapi yakinlah saat kita berada di puncak, semua lelah akan terbayar. Kita dapat melihat pemandangan yang indah. Lukisan dari Yang Maha Kuasa.
Photo by arash payam on Unsplash