Oleh: Riyan Suatrat
Apa yang membuatku merasa paling hidup di 2021?
Tidak ada.
Hingga aku mengerjakan tulisan ini. Aku seperti “dipaksa” untuk mengingat kembali semua alasan yang membuatku seharusnya bersyukur atas hidup yang aku jalani. Dan menjadi alasan yang membuatku merasa paling hidup di 2021.
Apa yah? Aku tidak menemukan alasan mengapa aku merasa sangat hidup. Yang aku pahami dengan frasa merasa hidup berarti bahwa hidupku berjalan baik, aman, dan nyaman. Nah di sini masalahnya. Tiga elemen ini tidak aku dapatkan dalam hidupku—di 2021.
Sebelum mulai mencari-cari alasan itu—merasa sangat hidup di 2021—coba kita mulai dengan kembali di 2020. Karena tahun lalu masih bertalian erat dengan tahun ini. Mungkin karena sama-sama tergolong tahun pandemi kali yah.
Nah, memasuki 2021 bermacam-macam peristiwa penting dan tidak penting menghiasi hidupku yang biasa-biasa saja ini. Hingga akhirnya—dalam proses menulis memoar ini—aku menemukan banyak sekali alasan yang membuatku lebih hidup dan sepatutnya aku syukuri.
Sesungguhnya ketika aku menganggap hidupku tidak menyenangkan itu dikarenakan aku hanya fokus pada satu kemalangan yang terjadi pada diriku. Agak malu sih ngomongin ini mengingat banyak orang yang juga mengalami hal yang sama dan mereka bisa survive. Dan penyebabnya adalah gajiku dipotong karena alasan pandemi. Memalukan gak sih?
Sudah. Cukup. Itu saja yang mau aku sampaikan terkait gajiku yang dipotong dan aku harus hidup dengan mengandalkan keyakinan tinggi pada Allah Tuhan Yang Maha Kaya. Kalau memakai hitungan matematika manusia tidak akan cukup gaji segitu. Kalau diingat-ingat ini juga salah satu alasan aku harus bersyukur dan merasa lebih hidup lagi.
Tidak adil memang jika aku hanya fokus pada satu hal yang lepas dari tanganku dan mengingkari banyaknya nikmat yang Allah anugerahkan atas diriku.
Kesempatan menjadi fasilitator dari kementrian, bertemu banyak guru dan siswa. Berinteraksi dengan mereka, menemukan banyak pengalaman dan perspektif baru yang sebelumnya tidak aku pahami. Dengan pertemuan dan interaksi itu aku menjadi tahu dan paham seperti apa perjuangan para guru sekaligus tantangan dan hambatan yang mereka hadapi sehari-hari.
Berbagai peristiwa yang terjadi di lingkungan pekerjaan juga turut menghangatkan hatiku. Sikap rekan-rekan yang rendah hati, suasana kekeluargaan yang terbangun diantara kami, dan bagaimana tanggapnya mereka akan suatu keadaan. Menolong tanpa pamrih atau sekadar berempati atas kesedihan yang aku rasakan.
Diantara semua keadaan itu sebenarnya ada satu alasan yang benar-benar membuatku merasa paling hidup. Ini juga masuk dalam waiting list-ku. Terlalu menggebu hingga kuanggap satu hal ini menjadi hutang yang harus segera aku lunasi.
Rasanya seperti ada yang menendang-nendang dadaku, mendorong jantungku untuk segera menggenapkan janji itu. Apakah itu?
Mimpi, cita-cita, ambisi, yang menjelma menjadi hutang kepada diri sendiri yang menuntut agar segera dilunasi. Aku ingin menerbitkan buku solo. Iyaaaa buku solo. Novel karyaku yang ada namaku tertulis di cover buku. Ide sudah mantap, coretan sudah banyak menumpuk di laptop, yang belum adalah eksekusi.
Memang benar ya apa yang dikatakan orang bijak. Perang terbesar dan tersulit adalah berperang melawan diri sendiri. Mengatasi malas dan bad mood adalah dua hal tersulit sejauh ini. Aku masih mengumpulkan kekuatan untuk melawan dua musuh bebuyutanku itu.
Mungkin itulah yang justru menjadi alasanku untuk merasa lebih hidup di 2021. Karena hutangku itu. Alasan yang membuatku harus memacu diriku lebih dari apa yang sudah aku lakukan sejauh ini. Aku harus menuntaskan hutang buku soloku di 2022 nanti.
Tahun pandemi ini hampir berlalu. Bukan pandeminya tapi 2021. Dia hampir selesai dan meninggalkan banyak cerita untuk setiap insan yang hidup didalamnya. Ceritanya juga tentu saja berbeda. Ada yang penuh dengan cerita sedih dan sebaliknya.
Sikap yang ditampilkan setiap orang juga berbeda-beda. Mungkin ada yang bisa bertahan, namun tak sedikit pula yang gagal. Apapun itu 2021 telah menjadi bagian dalam perjalananku sebagai manusia, sebagai hamba Tuhan, dan sebagai diriku yang lengkap dengan bumbu-bumbu hidup di sana sini. Kekurangan, kelemahan, kebaikan, dan keburukan.
Seperti apa wajah 2022 nanti sedikit banyak dapat kita prediksi hari ini. Kata kuncinya adalah terus bergerak dan lakukan yang terbaik.
Photo by Nathan Dumlao on Unsplash