Makna Sebuah Kegemaran

Oleh: Siti Atikah

Jejak langkah meninggalkan 2021 hanya tersisa beberapa hari saja. Aaah… Sungguh cepatnya berlalu tahun ini dengan beragam kisah di era yang katanya normal baru. Yaa, normal baru menjadi pegangan penghuni bumi sepanjang tahun ini. Manusia dengan segala pergulatan kehidupannya kembali merangkak, berjalan, bahkan berlari. Jalan-jalan sudah penuh layaknya masa sebelum pandemi menghantam. Bedanya hanya pada wajah yang tertutup masker segala rupa karena merupakan perlengkapan wajib ketika berada di area umum.

Geliat bisnis pun kembali semarak di berbagai lini. Para pedagang kecil, pengusaha pemula, hingga deretan pemain lama berlomba merebut hati konsumen dengan ragam produk hits dan kekinian. Semua terlihat sudah muak dengan belenggu pandemi yang mencekik sepanjang 2020 lalu. Waktunya untuk bangkit dan beradaptasi. Hidup harus terus berjalan. Setiap kita punya cara tersendiri untuk merasa “hidup” di tengah era normal baru ini. Ada yang melaluinya dengan giat berjualan online. Ada yang nyaman dengan fun exercise seperti zumba atau bersepeda. Ada yang merasa riang dengan membuat berbagai hidangan lezat. Beragam aktivitas memiliki peminatnya sendiri. Yang penting positif dan bisa membuat kita tetap waras menjalani hari-hari yang belum sepenuhnya merdeka dari pandemi.

Begitupun dengan saya. Setiap menengok isi akun Instagram dan YouTube channel saya, sungguh saya jadi mesem-mesem sendiri karena sepanjang tahun ini isinya didominasi oleh video cover lagu dengan SIBI (Sistem Isyarat Bahasa Indonesia) yang disisipi dengan tulisan singkat ataupun agak panjang di caption yang mewakili lagu yang saya cover. Ibarat sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui. Tiga kegemaran terangkum jadi satu dalam setiap unggahan saya di Instagram. Well, that’s fine, right? Selama isinya positif dan syukur-syukur bisa menghibur orang lain, that’s enough for me to feel alive along this year.

Sesungguhnya, bernyanyi, menulis, dan belajar bahasa baru adalah passion saya sejak masih duduk di bangku SD. Namun, masa-masa itu dipenuhi dengan rasa tidak percaya diri untuk menunjukkan apa yang saya gemari. Sepanjang masa sekolah hingga usia semakin mendekati angka 40 di awal 2018, bisa dibilang saya termasuk orang yang super nggak pede untuk menunjukkan eksistensi diri. Namun, sejak badai kehidupan menjelang akhir 2018 menghempaskan jiwa raga, entah mengapa justru hal itu seakan menjadi titik kulminasi bahwa saya tak bisa terus hidup di dalam tempurung.

Maka, kini penuhlah isi media sosial saya dengan unggahan kegemaran yang membuat diri ini merasa bahagia. Merasa hidup. Biarpun viewer dan like tak seberapa, saya tak ambil pusing. Soal suara, dibilang indah yaaa nggak juga, namun at least nggak false lah ya, hehehehe. Soal tulisan dibilang berbobot yaaa sama, nggak juga, hehehehe, tapi setidaknya beberapa isinya yang ringan sempat membuat pembaca setia saya tersentuh. Lumayan lah ya. Nah, sementara itu soal menggeluti SIBI berawal dari proyek garapan video persembahan akhir tahun bersama teman-teman kerja di sekolah yang niatnya biar beda menggunakan bahasa isyarat. Eeeh, tahunya kok saya malah ketagihan menggelutinya meskipun akhirnya lebih memilih SIBI daripada BISINDO yang digunakan sahabat tuli Indonesia. Mohon maaf ya kalau ada yang tak sependapat dengan saya mengenai ini. Sungguh ini hanya masalah preference pribadi saya saja yang baru mulai belajar bahasa isyarat.

Dari kegemaran ini, beberapa kali saya ajak pula beberapa teman mengajar di sekolah untuk ikut serta menggarap video cover lagu dengan SIBI. Mulai dari sekadar memberi hadiah ulang tahun dan pernikahan untuk rekan kerja ataupun mengisi kegiatan seru-seruan daring yang diadakan oleh pihak sekolah tempat kami mengajar, seperti teacher appreciation day, year-end concert, dan language & literacy week. Kami menyebutnya sebagai “Project Eksis Atik”. Karena kalau nggak eksis, bukan Atik namanya. Begitu ucap beberapa teman menjuluki saya, hehehehe.

Sementara itu, soal kegemaran menulis, Alhamdulillah Juni 2021 lalu berhasil juga impian saya memproduksi buku antologi garapan bersama rekan kerja di sekolah. Mozaik 2020 : Berdamai dengan Pandemi. Demikianlah kami sepakati nama buku perdana kami. Meskipun awalnya kami hanya iseng sambil mengisi WFH di rumah dan mendanai sendiri penerbitan serta produksi buku ini, rupanya respon positif atas usaha kami ini muncul dari orangtua murid dan juga pemimpin yayasan tempat kami bekerja.

Akhirnya, bersama salah satu rekan kerja yang ternyata juga gigih mengusung hidupnya literasi di sekolah, saya membuat proposal ke pihak yayasan sekolah tempat kami mengajar untuk dapat mendanai buku antologi berikutnya dengan tetap mengusung nama “Mozaik”. Gayung pun bersambut. Pihak yayasan menyetujui proposal kami dan kini tengah dalam proses pengumpulan karya yang tenggat waktunya adalah awal Februari 2022. Kali ini dengan dua versi tulisan, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris karena beberapa rekan kerja di sekolah saya adalah expatriat. Harapan saya adalah kegiatan literasi pendidik dan staff di sekolah saya ini dapat menjadi kegiatan tahunan yang berkelanjutan. Semoga.

Masih tentang menulis, melihat unggahan saya, beberapa teman sempat beberapa kali menyarankan agar saya bisa menjadikan kegemaran ini lebih bernilai ekonomi, seperti menjadi copy-writer atau penulis cerita fiksi online yang hits di berbagai aplikasi. Sempat terpikir begitu sih, namun, hingga kini saya sendiri belum merasa pantas bahwa karya saya bisa memiliki daya jual apalagi daya saing. Masih biasa banget. Sementara jika menulis fiksi, jujur saya tidak terlalu lihai merangkai alur cerita menjadi kisah yang menarik. Belum lagi, rasa-rasanya mungkin memang saya belum ada di titik itu. Masih di zona just do what I feel comfort to do. Maybe someday, I’ll think deeply about it.

Yang jelas kini saya cukup merasa bahagia dan nyaman melakukan kegemaran sederhana yang dapat mengalihkan penat dari rutinitas pekerjaan sehari-hari. No burden. Karena bahagia bagi saya adalah hal utama yang bisa membuat diri ini dapat tegak menapaki kehidupan yang telah Sang Pencipta berikan untuk kita. Maka, bersyukurlah atas segala keadaan dan selalu temukan hikmah serta kebahagiaan dari setiap yang terjadi pada hidup kita. Nah, bagaimana dengan kamu? Apa yang membuatmu “hidup” selama 2021 ini? Apapun itu, jangan lupa bahagia, ya.💞🤗

-Kalaeidoskop2021-
-Hidup
-CatatanAtik
IG @atikcantik07


Photo by Sincerely Media on Unsplash

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *