Oleh: Fisra Firsty
Jujur aja, saya agak bingung dengan tema kali ini. Saya bingung harus menulis apa, hahaha. Tentang hidup atau tentang kehidupan? Atau tentang hal-hal apa yang membuat hidup saya jadi menjadi lebih hidup, jujur saya bingung hehehe.
Tapi dari sekian alasan yang ada yang membuat hidup saya jadi lebih hidup, ada dua hal utama yang membuat hidup saya jadi lebih hidup pada tahun 2021 ini. Kita tau bahwa sejak Bulan Maret 2020 hidup kita dihantui oleh makhluk tak kasat mata yang merenggut banyak kebahagian dari kita semua, yakni : Mba Korona dan Mas Kopit alias Covid 19. Kita dihadapkan pada berita-berita yang menakutkan tentang Mba Korona dan Mas Kopit.
Kita dibuat saling berprasangka buruk dengan sesama kita. Ada orang yang batuk di sekitar kita, kita langsung was-was, jangan-jangan dia terpapar Mas Kopit. Kita juga mendadak hilang rasa kemanusiaan ketika melihat orang yang tiba-tiba pusing dan lemas di hadapan kita karena takut jangan-jangan yang pingsan ini jadi pingsan karena dia terpapar Mbak Korona. Sehingga kita tidak nau menolong orang yang tiba-tiba pingsan tersebut. Meski, pada akhirnya sekarang kebanyakan orang-orang sudah sangat selow dengan si virus dari Kota Wuhan ini.
Berita-berita di media masa yang seperti ini memberangus kebahagiaan kita, mengikis rasa solidaritas kita dan juga menghapus nilai-nilai saling membantu yang sudah mengakar dalam kehidupan kita sebagai manusia. Kita dibuat takut dengan berita-berita tersebut. Kita dihantui oleh kekhawatiran yang berlebihan jika berinteraksi dengan banyak orang.
Sifat saling tolong menolong masyarakat bangsa Indonesia seakan-akan hanyalah kisah yang tanpa wujud, hanya sebuah dongeng belaka.Dan ketakutan-ketakutan ini membuat hidup kita terasa tidak lagi enjoy dan bahagia seperti sedia kala. Hidup kita tidak lagi hidup, karena kita hidup penuh dengan kekhawatira ndan berbagai syakwa sangka.
Belum lagi aktifitas masyarakat dibatasi hampir di segala bidang. Orang-orang bekerja dari rumah. Anak-anak sekolah juga belajar jarak jauh, tidak lagi di sekolah, tetapi dari rumah melalui belajar online. Sehingga kehidupan masyarakat menjadi menoton dan menjemukan selama beberapa waktu. Akibatnya, hidup tak lagi berwarna, menjemukan dan membosankan.
Di tengah kekhawatiran dan kebosanan tersebut, kita butuh hal-hal yang berbeda yang berguna untuk memecah kebosanan tersebut. Termasuk saya, yang juga mencoba melakukan hal-hal yang menyenangkan versi saya, hehehe.
Apa saja hal yang bisa saya lakukan untukmemecah kebosanan tersebut? Ada dua hal yang menjadi obat mujarab bagi saya. Yaitu, menulis dan traveling. Traveling dan Menulis? Iya, traveling dan menulis, dua kegiatan yang sangat menyenangkan bagi saya.
Dengan menulis, saya bisa mengurai kebosanan dan kejemuan yang menumpuk di otak saya. Dan akibatnya, saya jadi uring-uringan sendiri. Bahkan menulis hal-hal yang sangat remeh pun bisa membantu saya ‘melegakan’ kepala saya yang gampang ‘penuh’ dan menumpuk oleh hal-hal yang kadang sangat remeh sama sekali. Dengan menulis saya bisa melepaskan beban yang menumpuk di dada saya.
Kadang-kadang saya hanya menuliskan kejadian-kejadian yang menyebabkan kekesalan dan kebosanan saya. Sementara pada saat yang sama, belum ada teman yang bisa dijadikan tempat curhat, sementara otak kita sudah penuh dan butuh ‘aliran’ keluar supaya saya bisa uring-uringan sendiri, hehehe.
So, menulis bagi saya adalah healing saya. Ibarat saya, writing is my healing. sobat, jika engkau lagi bete, bosan jemu dan uring-uringan, coba lah menuliskannya supaya otak dan hatimu bisa menjadi lega lagi, itu saran saya. Dan itu, berdasarkan pengalaman saya ya.
Begitu juga dengan traveling,merupakan cara saya untuk ‘tetap waras,’ dalam menghadapi kejemuan dan kebosanan saya. Saat saya lagi bete,bosan, jemu saya seringkali keluar rumah buat cari angin. Meskipun hanya sekadar keliling kota di jalan-jalan kecil alias jalan tikus, sudah cukup untuk membuat otak dan dada saya fresh lagi.
Oiya, kota tempat tinggal saya masih banyak sawah-sawah dan juga jalan-jalan kampung yang kiri kanannya dipenuhi bentangan sawah. Seringkali saya keliling jalan-jalan kampung tersebut, maka fresh-lah otak saya, meskipun saya keliling-kelilingnya melewatijalan-jalan kampung aja, hehehe.
Selama pandemi Covid ini saya cukup sering jalan-jalan atau traveling dengan motor. Traveling tipis-tipis dengan motor keliling jalanan kampung melewati persawahan, keliling Danau Dibawah, jalan-jalan ke Danau Talang, Danau Diateh, ataupun main ke Kebun Teh Danau Kembar.
Oiya, saya bahkan tiga kali jalan ke Danau Talang selama tahun 2020, hanya alasan sekadar jalan-jalan aja sekadar buat ‘cuci mata’ aja hahaha. Intinya perjalanan yang saya lewati kebanyakan adalah jalan-jalan kampung yang pemandangannya sangat menyegarkan mata. Jadi, traveling ngga perlu mahalkan ya, cukup keliling-keliling kampung saja, sudah cukup bagi saya, hehehe. Hanya bermodalkan bbm motor yang full saja.
Photo by Matt Seymour on Unsplash