Habis Gelap Terbitlah Terang

Oleh: Tyasya

“Hidup itu penuh dengan kejutan. Juga penuh kebahagiaan bagi mereka yang bersabar.”—Tyasya.


Dulu, aku pernah punya impian masuk SMA jurusan bahasa. Sejak kecil, aku memang suka membaca. Hal itu membuatku ingin mempelajari banyak bahasa dan sastra.

Saat aku SMA, penjurusan dilakukan di kelas 9 dengan dasar hasil psikotes di kelas 8. Mungkin kalian bisa menebak hasil psikotes milikku? Ya, rekomendasi pertama adalah jurusan bahasa. Sayang seribu sayang, di sekolahku sudah tidak dibuka jurusan itu. Kenapa? Karena tidak ada yang mengambilnya, selain aku.

Sedih? Ya, lumayan lah. Akhirnya aku masuk jurusan IPA. Ketika kuliah pun, aku mengambil jurusan matematika. Ibarat kata, sejak SMA hidupku berkaitan dengan hal-hal berbau sains.

Namun, keinginanku mempelajari sastra tidak luntur begitu saja. Aku banyak membaca buku karya sastra lama, yang tidak banyak murid menyukainya. Aku juga senang mencurahkan isi hati dalam bentuk puisi yang kusimpan rapi dalam buku diary. Kadang juga berbentuk narasi yang baru kutahu sekarang namanya senandika.

Hobi menulisku terpendam begitu lama. Karena aku merasa tidak percaya diri. Ada rasa takut tulisanku tidak ada yang baca. Akhirnya, tulisan-tulisan itu memang tidak pernah dipublikasikan.

Pernah suatu ketika, aku ingin menuliskan kisahku dan mengikutsertakan dalam lomba novel yang diadakan oleh Republika. Bahkan aku membeli buku lain sebagai penunjangnya. Lagi-lagi, tulisan itu tidak pernah selesai dan hanya tersimpan dalam laptop.


Setelah itu, aku tidak berpikir akan bisa menulis lagi. Hingga tahun 2021 tiba. Aku banyak mengikuti akun lomba menulis di Instagram. Yah, siapa tahu ada yang bisa kuikuti. Meski nyatanya belum ada satupun. Hahaha.

Sampai saat itu tiba. Menjelang bulan Ramadan tahun 2021, ada sebuah event yang diadakan oleh Books4care yang namanya Ramadan Writing Challenge. Aku sungguh ingin ikut, tetapi tidak yakin bisa. Ketika akhirnya kuputuskan ikut, itu benar-benar modal nekat saja.

“Hmm … memoar ya? Bisa lah menceritakan pengalaman sendiri,” pikirku.

Aku tidak pernah menyesali kenekatanku saat itu. Aku pun tidak pernah bermimpi tulisanku akan dibukukan. Hanya ingin menantang diri sendiri sebenarnya. Keluar dari zona nyaman.

Satu per satu tema yang diberikan, kutulis dan kukirim tepat waktu. Membagikan tulisanku dari web kinaraya.com saja sudah membuatku senang. Meski belum ada yang mendapatkan love terbanyak. Yah, tulis saja terus.

Namun, rencana Allah SWT memang selalu indah. Aku tidak percaya ketika salah satu naskahku termasuk yang akan dibukukan. Mengingatnya saja membuatku gemetaran karena bahagia.

Pengalaman yang kudapat saat itu tidak akan pernah terlupakan. Mencari ide, menulis di ponsel, kemudian kirim email. Rasanya wow sekali kalau diingat.

Sejak itu, aku semakin percaya diri. Aku bisa kok menulis, hanya harus banyak belajar. Banyak membaca kemudian banyak menulis.

Menulis itu menjadi warna lain dalam hidupku, yang mungkin selama ini hanya ada satu warna di dalamnya. Bertemu dengan banyak penulis hebat, bertahan dalam komunitas yang keren tidak pernah terbayangkan sebelumnya.

Ketika kemudian beberapa karya hadir, itu hanyalah pelengkap kebahagiaan. Bagiku, yang terpenting adalah langkah pertama. Karena langkah itu sudah kutunda selama puluhan tahun dengan dalih aku tidak bisa melakukannya.


Hingga akhir tahun ini, aku tidak menyangka bisa produktif menulis. Sudah ada 1 novel solo dan 7 antologi sudah terbit yang memuat namaku di sana. Alhamdulillah. Alhamdulillah. Alhamdulillah.

Tidak terkira rasa syukurku kepada Allah SWT yang sudah memberikan kesempatan ini padaku.

Produktivitas hanyalah angka belaka, karena sesungguhnya nilai manfaat di dalamnya yang harusnya dicari. Dengan modal menulis ini, akhirnya aku bisa berbagi praktik baik pengajaran dalam event yang diadakan oleh Wardah Inspiring Teacher. Langkah sederhana yang mengubah banyak hal.

Tidak menyangka? Tentu saja. Ada banyak hal yang bisa kulakukan karena menulis. Kini bagiku, menulis adalah bagian tidak terpisahkan. Rasanya ada yang bilang ketika tidak menulis.

Menulis adalah bagian dari kehidupanku. Seperti ungkapan dari Ibu Kartini, bahwa habis gelap terbitlah terang. Itulah dampak menulis bagiku.


Photo by Yannick Pulver on Unsplash

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *