Curhat yang Indah

Oleh: Amelia Nugroho

Awalnya kepindahanku ke kota ini hanya untuk mengikuti suamiku yang dipindah tugaskan kesini, hari demi hari aku mulai jatuh cinta dengan kota ini, dulu ketika berlibur ke kota ini aku pernah berucap mas, seperti enak kalau kita pindah kemari ujarku. Ternyata 7 tahun kemudian allah mengabulkannya, langkahku pun terasa ringan karena ibuku tercinta bersedia ikut denganku, walau kesehatan beliau mulai menurun, tapi semangat ibuku luar biasa menemaniku dan anak-anak di kota ini, kamipun memutuskan menetap di kota ini.

Tinggal perantauan seperti sekarang sering membangkitkan kerinduan akan kampung halaman yang begitu besar, aku yakin ibu juga sama sepertiku, bukan hanya merindukan kampungku, tapi aku juga begitu merindukan kakak dan abangku, kebetulan kami bertiga tinggal dikota yang berbeda, jauh dari tanah kelahiran, tahun lalu kami berjanji akan merayakan idul fitri bersama tapi pandemic membuat kami membatalkan rencana itu, alhamdulillah kami tetap bisa komunikasi setiap hari walau hanya melalui telpon

Namun malang tak bisa ditolak, kakakku menjadi salah satu korban pandemi ini, kakak meninggal setelah dinyatakan positif covid 19 akibat kelalaian pihak rumah sakit, kakak pergi tanpa aku sempat melihat dan memeluknya, 8 hari kemudian suaminya menyusul kakak menghadap Allah SWT setelah divonis kanker paru-paru, mereka meninggalkan 2 orang putra dan seorang putri yang masih duduk dibangku SMA.

Kakak, satu panggilan yang biasa kita sematkan pada orang yang lebih tua, apa itu kakak? Bagiku kakak adalah orang yang tertawa paling besar ketika aku jatuh tapi berlari paling kencang kearahku untuk membantuku berdiri, kakak adalah sosok penyayang yang suka usil tapi berdiri paling depan ketika kita diganggu, setiap kenakalan akan melahirkan omelan panjang tanpa mengurangi cintanya yng seluas langit.

Kepergian kakak menjadi pukulan terberat untukku dan ibu, kakak adalah sahabat terbaikku, tempat aku mencurahkan semua isi hatiku di saat-saat aku terluka dan bahagia, kakak adalah penyemangatku orang selalu berusaha melindungiku dan paling takut kalau aku terluka, kakak selalu mendukungku seberat apapun selama aku bahagia kakak mendukungnya.

Hari itu aku datang dan bersimpuh di pusara kakak, melantunkan doa-doa dalam diamku, sekarang aku hanya bisa memendam kerinduan didalam hati tanpa bisa ku ungkapkan, aku terluka walau aku sadar ini suratan takdir, aku menyimpan luka ini dalam diam, berusaha untuk menguatkan anak-anak, terutama ibu karena aku tau ibu lebih hancur kehilangan buah hatinya.

Aku kembali ke kota ini dengan ketiga putra putri kakakku, sekarang anak-anakku menjadi 7 orang, 4 anak-anak kandungku, 3 anak-anak kakaku, kami mencoba bersama-sama bangkit dari luka, kedatangan anak-anak kakak di sambut penuh kasih oleh suamiku, aku sangat berterima kasih, suami ku mungkin bukan suami yang sempurna, tapi beginilah cara dia mencintaiku, aku pun membiarkan dia melakukan dengan caranya, yang pasti aku berterima kasih padanya.

Tapi Allah belum selesai mengujiku, setelah kakak, ibu juga pergi menghadap sang khalik, ya sekarang tinggal aku bersama suami dan anak-anakku, aku berada di titik terendah, aku kehilangan semangat tapi semua ku simpan dari semua anak-anakku dan suamiku, aku tetap tertawa didepan mereka, dan menangis ketika sendiri.

Sebulan setelah ibu pergi, aku berkomunikasi dengan salah seorang teman yang sudah kuanggap kakak, beliau mengajakku menulis, ayo curhat dengan indah agar kamu lega melepaskan semua yang kamu pendam, akhirnya aku mulai menulis melepaskan semuanya, hal yang tidak bisa kulakukan di dunia nyata karena terlalu banyak hati yang harus ku jaga, walau masih banyak yang kurang, tapi terus menulis dan menulis dalam diamku menjadikannya curhat yang indah.

Semua kejadian ini mengajarkanku hidup tidak selamanya seperti keinginan kita, tapi setelah malam yang panjang selalu ada mentari pagi yang indah, setelah semua duka berkepanjangan Allah memberi hadiah putra pertama ku dinyatakan lulus dari fakultas kedokteran salah satu pergurun tinggi negri, putra keduaku diterima di univesitas terbaik di kota ini, suami yang dulu terlalu asik dengan dunianya sekarang lebih perhatian, Alhamdulillah.

Hidup akan terasa berat bila kita memikul dendam dan masa lalu, ikhlaskan setiap kehilangan, maafkan setiap luka agar kita bisa memeluk masa depan, menjadi manusia lebih baik.Allah terkadang tidak memberi apa yang kita minta tapi memberi apa yang kita butuhkan.


Photo by Jessica Lewis on Unsplash

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *