Belajar Menulis Cerpen dari Surat Yusuf 4

Setting tempat dan waktu yang merupakan unsur cerita juga ada dalam kisah nabi Yusuf. Keluarga nabi Ya’qub tinggal di Badui Syam, sekarang negara Palestina. Begitu jelas ustadz Budi Ashari LC.

Nabi Yusuf dibuang ke sumur yang juga terletak di Palestina. Ketika diangkat dari sumur oleh kabilah dan dibeli oleh Al-Aziz, Yusuf dibawa ke Mesir. Yusuf sempat mendekam dalam penjara yang juga terletak di Mesir.

Adapun setting waktu, nabi Yusuf dan nabi Musa hidup di masa yang berbeda, walau mereka sama-sama tinggal di Mesir.

Nabi Musa hidup di masa raja Fir’aun. Fir’aun adalah keturunn bangsa Qibthi, Mesir asli. Sedangkan nabi Yusuf hidup di masa raja keturunan bangsa Heksos, keturunan orang-orang Arab. Begitu yang dijelaskan ustadz Budi Ashari LC.

Setting tempat bagi penulis merupakan sesuatu yang penting. Penulis harus bisa menjelaskan dengan benar tempat yang jadi setting ceritanya.

Jangan sampai ada pembaca yang tahu kesalahan penulis ketika menggambarkan setting tempat.

Itu jika setting tempat suatu cerita berdasarkan tempat yang benar-benar ada.

Demikian pula dengan penggambaran setting waktu. Penulis kudu piawai, tepat mengilustrasikan kondisi suatu masa.

Pilihan kata juga merupakan unsur penting dalam cerita. Ini pun ada dalam kisah nabi Yusuf. Tapi karena kisah Yusuf ada di dalam surat Yusuf, di dalam Al-Quran, maka yang memilih kata-kata itu adalah Allah.

Kata yaa Abati yang diartikan wahai ayahku merupakan kata pilihan. Mengandung makna ungkapan kelembutan seorang anak pada ayahnya. Begitu yang dijelaskan ustadz Amru Khalid dalam Romantika Yusuf.

Ungkapan yaa Abati merupakan panggilan seorang anak pada ayahnya penuh cinta dan penghormatan. Berbeda dengan panggilan dengan ungkapan yaa abii (wahai ayahku), namun tidak mengandung makna yaa Abati di atas. Begitu yang dijelaskan oleh habib Novel.

Ungkapan yaa Bunayya (wahai anakku) juga kata pilihan Allah. Mengandung makna ungkapan panggilan kasih sayang seorang ayah pada anaknya. Berbeda dengan yaa ibnii (wahai anakku), namun tidak mengandung makna yaa Bunayya di atas.

Di dalam surat Yusuf ada kata Al-jubbi yang berarti sumur. Kata Al-jubbi tidak bisa diganti dengan al-bi-ri yang juga berarti sumur. Namun diantara keduanya ada perbedaan kandungan makna.

Al-bi-ri adalah sumur yang dangkal, airnya bersih dan jernih. Sedangkan Al-jubbi adalah sumur yang dalam dan di dalamnya terdapat binatang berbahaya. Demikian yang dijelaskan ustadz Amru Khalid dalam buku Romantika Yusuf

Di dalam surat ini juga terdapat kata al-malik yang berarti raja. Ustadz Budi Ashari LC menjelaskan bahwa kata al-malik menjelaskan waktu nabi Yusuf hidup. Dia hidup dimasa raja Mesir keturunan bangsa Heksos. Bukan di masa Fir’aun berkuasa di Mesir. Oleh karenanya kata al-malik tidak bisa diganti dengan kata Fir’aun.

Begitulah kata-kata dalam Al-Quran, kata-katanya fix, punya makna tersendiri dan tidak bisa diganti dengan kata lain. Karena Allah telah memilih kata sesuai maksud dan tujuan-Nya

Disinilah terlihatnya mukjizat Alquran, tidak bisa diganti oleh siapa pun.

Pilihan kata yang ditentukan seorang penulis amatlah penting. Jangan sampai karena salah memilih kata, pengertian pembaca jadi berbeda dengan maksud penulis.


Photo by CALIN STAN on Unsplash

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *