Ada seorang guru besar sastra yang telah bergelut dengan sastra dan cerita selama tiga puluh tahun. Dia juga membuat cerita. Suatu ketika dia mengambil Al-Quran dan membacanya dengan hati-hati. Tiba-tiba tubuhnya bergetar dan dirinya merasa takjub.
Dia berkata, “Selama saya sudah meneliti dan mengkaji semua kisah. Ternyata semuanya saya temukan dalam Al-Quran. Saya temukan cerita pendek; seperti kisah Ibrahim, Ismail, penyembelihannya dan kisah Hajar. Saya juga menemukan dialog yang sangat mengesankan yaitu dialog antara nabi Musa dan Fir’aun. Saya juga menemukan monolog, yaitu ketika nabi Ibrahim mencari Tuhan,”
Dia meneruskan ceritanya, “Hingga saya menemukan kisah Yusuf. Selama hidup, saya tidak pernah menemukan kisah yang lebih indah dari kisah Yusuf. Alur ceritanya sempurna dan semua unsur sangat lengkap.” (rewrite dari buku Romantika Yusuf karya Amru Khalid)
Masih dalam buku yang sama, dijelaskan bahwa tidak ada orang yang bosan membaca kisah nabi Yusuf. Berbeda dengan kisah-kisah yang lain. Jika sudah sekali membaca, mungkin masih ingin membacanya sekali. Tapi tidak dengan kisah Yusuf. Umar bin Khaththab ra senantiasa menangis jika membaca surat Yusuf. Ketika ditanya, “Mengapa engkau menangis setiap membaca surat Yusuf, wahai Amirul Mukminin? Padahal engkau tahu kisahnya dan tahu pula akhir ceritanya,” Umar menangis setiap membaca penderitaan yang dialami oleh Yusuf.
Ketika membahas ayat ketiga surat Yusuf yang menyatakan bahwa kisah Yusuf adalah kisah terbaik diantara kisah-kisah terbaik dalam Al-Quran, ustadz Budi Ashari Lc menjelaskan. “Kisah Yusuf dibahas dalam satu surat secara kronologis. Dari beliau kecil hingga memiliki kedudukan di Mesir. Berbeda dengan kisah nabi Musa. Kisah nabi Musa ditemukan di berbagai surat, seolah menjadi sebuah puzzle. Sebuah puzzle yang bisa disusun secara kronologis,”
“Gaya bertutur di dalam surat Yusuf begitu unik.” lanjut ustadz Budi Ashari.
Saya coba memperhatikan surat Yusuf. Surat Yusuf kalau boleh dikatakan, mirip dengan novel, cerpen atau cerbung. Ada kalimat berita, kalimat ilustrasi dan juga ada dialog. Isi surat Yusuf tidak semuanya berisi dialog. Juga tidak semuanya berisi kalimat berita.
Alif, laam, raa. Ini adalah ayat-ayat kitab (Al Qur’an) yang nyata (dari Allah). Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Qur’an dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya.Kami menceriterakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al Qur’an ini kepadamu, dan sesungguhnya kamu sebelum (Kami mewahyukan) nya adalah termasuk orang-orang yang belum mengetahui. (QS Yusuf (12):1-3)
Ayat pertama hingga ketiga merupakan kalimat-kalimat berita
(Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya, “Wahai ayahku, sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku,”
Ayahnya berkata, “Hai anakku, janganlah kamu ceritakan mimpimu itu kepada saudara-saudaramu, maka mereka membuat makar (untuk membinasakan) mu. Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia.” (QS Yusuf (12):4-5)
Dua ayat di atas merupakan dialog antara nabi Yusuf dan Ya’qub.
Dan demikianlah Tuhanmu, memilih kamu (untuk menjadi Nabi) dan diajarkan-Nya kepadamu sebahagian dari takbir mimpi-mimpi dan disempurnakan-Nya nikmat-Nya kepadamu dan kepada keluarga Yakub, sebagaimana Dia telah menyempurnakan nikmat-Nya kepada dua orang bapakmu sebelum itu, (yaitu) Ibrahim dan Ishak. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Sesungguhnya ada beberapa tanda-tanda kekuasaan Allah pada (kisah) Yusuf dan saudara-saudaranya bagi orang-orang yang bertanya. (QS Yusuf (12): 6-7)
Kembali bentuknya kalimat berita.
Selanjutnya ayat 8-14 kembali dalam bentuk dialog. Begitu seterusnya, setelah kalimat berita, ada dialog. Kadang kalimat berita dan dialog ada di dalam satu ayat.
Bagi yang ingin belajar menulis cerpen, belajar dari surat Yusuf bisa jadi referensi. Wallahu ‘alam.
Photo by Ben White on Unsplash