Seorang tua datangi sebuah apotek. Dia menyerahkan 50 real kepada Thohir sebagai pembayaran obatnya.
Sebulan kemudian orang tua itu kembali ke apotek. Membeli obat yang sama. Ketika membayar, orang tua itu seperti biasa menyerahkan pecahan 50 real.
“Ini pembayarannya,” kata pak tua itu.
Penjaga apotek terkejut dengan uang yang diserahkan pak tua itu. “Maaf Pak Tua, harga obat ini 250 real.”
“Sejak kapan naik? Saya biasanya beli obat ini pada Thohir dengan harga 50 real.”
“Obat ini tidak pernah naik, Pak Tua. Sejak tiga tahun yang lalu hingga kini tetap 250 real.”
“Thohir di mana sekarang, Anak Muda?”
“Thohir telah wafat Minggu lalu, Pak Tua.”
“Kalau begitu, saya hanya beli obat senilai 50 real.”
“Baik.”
Orang tua itu berbalik pulang. Salah seorang apoteker yang melayani berkata, “Wahai saudaraku, orang tua itu benar. Dia beli obatnya dari Thohir dengan harga 50 real,”
“Kok bisa?”
“Thohir tahu bahwa orang tua itu miskin. Sehingga dia menjualnya dengan harga 50 real. Sedangkan 200 real ditutup oleh Thohir.”
Mendengar cerita temannya ini, apoteker yang melayani tadi memanggil orang tua itu. “Pak Tua, tunggu!”
Apoteker dan temannya itu menghampiri seraya berkata, “Pak Tua, mohon maaf. Anda benar, saya salah. Obat itu memang harganya 50 real.”
“Oo… berarti saya benar?”
“Ya, Anda benar, dan ini obatnya. Oh ya, biarkan teman saya mengantarkan Pak Tua sampai di rumah. Jika obatnya sudah habis, biarkan kami yang mengantarkan obat ini ke rumah Pak Tua. Pak Tua tidak perlu bersusah payah datang ke sini.”
“Terima kasih, Anak Muda.”
Kembali virus kebaikan menular kepada orang lain. Kali ini, virus menular, karena diawali dengan membicarakan kebaikan yang dilakukan Thohir. Sehingga sang apoteker mengikuti jejak kebaikan Thohir. Thohir akan selalu menerima pahala kebaikannya, meski dia sudah wafat, karena dia telah menularkan virus kebaikan kepada temannya. Karena apa? Berawal dari membicarakan kebaikan orang lain. Ingin berbakti pada orang tua yang sudah wafat? Bicarakanlah kebaikannya. Semoga ada orang yang terinspirasi karena cerita itu, dan mau mengikuti jejak kebaikan orang tua.
Photo by Volodymyr Hryshchenko on Unsplash