Teladan yang dicontohkan nabi Ibrahim terus diulang. Diulang pembahasannya tiap tahun baik dalam bentuk tulisan maupun ceramah. Memang perlu dulang untuk mengingatkan. Mengingatkan perlunya pengorbanan sebagai ungkapan syukur.
Seperti saat ini, saya membuat tulisan yang isinya mungkin sama dengan yang dibaca dan didengar teman-teman. Tapi saya berharap ada hal baru dan manfaat yang bisa dipetik oleh para pembaca. Persis seperti waktu itu. Pembahasan tentang pengorbanan nabi Ibrahim, namun dapat hal baru.
Saya dengar ceramah seorang ustadz. Ustadz itu bercerita dimulai dari nabi Ibrahim yang merindukan kehadiran buah hati. Penantian itu berbuah. Nabi Ibrahim as dikaruniai anak yang diberi nama Ismail. Ismail semakin besar. Di saat sedang asyiknya, nabi Ibrahim bermain dengan Ismail, datang perintah berkurban, menyembelih Ismail.
Perintah berkurban menyembelih nabi Ismail datang lewat mimpi nabi Ibrahim. Secara manusiawi, perintah Allah ini dilema. Di satu sisi, anak yang dinantikan kehadirannya dan kini sedang disayang-sayangnya harus disembelih. Tapi perintah ini datang dari Allah, Pencipta dirinya dan putranya. Akhirnya Ibrahim memutuskan untuk menyembelih putranya. Setelah sebelumnya, nabi Ismail memperkuat keputusan ayahnya jalankan perintah Allah.
Dari sisi ini, ustadz itu membahas dan ini hal yang baru bagi saya. Ketika seseorang menginginkan sesuatu. Mengidam-idamkan sesuatu, misalnya mobil. Coba posisikan seperti nabi Ibrahim yang mendambakan anak.
Apa yang dilakukan oleh nabi Ibrahim setelah memperoleh anak? Nabi Ibrahim diperintah Allah untuk mengurbankan Ismail. Coba posisikan diri kita seperti nabi Ibrahim yang rela mengorbankan Ismail.
Coba sedekahkan mobil baru yang diperoleh dan gunakan selama beberapa saat. Persis sebagaimana nabi Ibrahim sempat menikmati kebersamaan nabi Ismail. Begitu yang dijelaskan ustadz itu.
Ustadz itu bukan sekadar menyarankan. Dia mempraktekkannya. Ketika punya mobil baru, digunakan selama beberapa saat, lalu mobil baru itu disedekahkan. Lalu punya mobil baru lagi, digunakan sesaat, lalu disedekahkan. Begitu seterusnya.
Sebagaimana nabi Ibrahim yang siap mengurbankan Ismail. Allah menggantikannya dengan hewan ternak dan mengaruniai seorang anak lain, yaitu nabi Ishaq.
Tidak jadi masalah punya keinginan. Ingin kaya. Mau punya rumah mewah. Ada keinginan memiliki mobil mewah. Bahkan silahkan saja mencintai itu semua. Karena sudah merupakan naluri manusia.
Hal ini sebagaimana digambarkan dalam firman Allah, “Dijadikan indah pada pandangan manusia kecintaan pada apa-apa yang diingininya, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga) (QS Ali Imran ayat 14)
Tapi bagaimana nabi Ibrahim menyikapi kesenangan dunia itu?
Nabi Ibrahim memang layak dijadikan sebagai teladan. Sebagaimana Allah telah menyatakan bahwa nabi Ibrahim sebagai teladan. Lihat di Quran surat Al-Mumtahanah ayat 4.
Allah juga telah menjadikan nabi Muhammad sebagai teladan. Lihat dalam Quran surat Al-Ahdzab ayat 21.
Oleh karenanya, kedua nabi ini disebutkan beserta keluarganya di dalam shalat. Bila ingin jadi sosok tangguh dan memiliki keluarga yang mawwaddah war rahmah, contohlah nabi Muhammad, nabi Ibrahim beserta keluarga-keluarganya.