Oleh: Hendra Desdyanto
Apakah masih kurang lama kita merepotkan ibu? Saat ini ibu sudah sepuh, tenaganya
pun sudah tidak seperti dulu lagi. Meskipun tidak merasa direpoti, harusnya kita
sebagai anak sadar diri. Lagian, kita semua sudah berumah tangga. Bukannya
meringankan, ini malah kita menambah beban. Menceritakan kesedihan dan meminta
ibu untuk merawat anak kita, gumamku jengkel.
Apa sudah lupa bagaimana perjuangan ibu membesarkan kita? Setiap hari harus
bangun jam 2 pagi untuk memasak. Membungkus nasi untuk dijual di pasar. Dengan
dua keranjang di tangannya ditawarkan nasi sambil berkeliling. Pulang siang hari itu
pun terkadang tidak semua nasi habis terjual. Kemudian istirahat sebantar, sorenya
sudah harus memasak lagi untuk dijual malam harinya di rumah. Bisa kita bayangkan
susahnya perjuangan ibu untuk kita.
Aku ingat, dalam salat fardu dan tahajudnya ibu selalu mendoakan yang terbaik
untuk kebahagiaan anak-anaknya.
Ini waktunya kita membalas jasa ibu. Membahagiakan beliau, menentramkan hati dan
pikirannya, mengistirahatkan tubuhnya di masa tua. Meskipun kita tahu apa kita yang
lakukan, jelas jasa ibu tak akan pernah terbalas. Tapi setidaknya kita jangan
merepotkan.
Setiap di telepon, ibu menanyakan kabarku. Aku selalu menjawab Alhamdulilah sehat.
Meskipun saat itu aku sedang sakit, tetap ibu kuberitahu bahwa aku baik-baik saja. Aku
tak mau ibu kepikiran yang malah menambah bebannya. Bagiku ingin mengabarkan
yang baik-baik saja. Biar ibu tahu kalau sekarang hidupku bahagia. Meskipun kadang
serapat apapun aku menyimpan keadaan tak baik baik saja, percayalah naluri seorang
ibu tak pernah salah.
Setiap ibu berkunjung ke rumah, aku dan istriku selalu berusaha untuk menjamu sebaik
mungkin.
“Ibu ingin makan apa? Ibu ingin dimasakin apa?” Pertanyaan yang kami tawarkan.
Sebisa mungkin kami berusaha memenuhi apa yang ibu inginkan.
Jika ingin Allah tersenyum kepada kita, maka buatlah ibu tersenyum. Kalau ingin hidup
enak bak raja, maka perlakukan ibu seperti raja. Dan jika ibu ridho, maka Allah pun
akan ridho. Tidak akan bahagia di dunia dan di akhirat anak yang durhaka pada orang
tuanya terlebih pada ibunya. Dalam hidupku sekarang, aku berharap bisa membahagiakan dan bisa melihat ibu bahagia. Rasanya sudah cukup ibu menderita. Dalam doaku aku berharap ibu hidup
bahagia di dunia dan kelak di akhirat. Selalu diberi kesehatan dan selalu dalam
perlingungan Allah.
Apa yang aku capai sampai sekarang ini pun karna jasa seorang ibu. Berkat doanya,
bersusah payah dalam mendidik, dan membesarkanku. Sekarang aku berharap setiap
kebaikan yang aku lakukan ibu juga mendapat pahala yang sama tanpa berkurang
sedikit pun. Memandang dan ada di sampingnya membuat hati ini selalu bahagia. Kasih sayang
yang sangat mulia. Tanpa syarat, IBU