Tanah Pemakaman

Oleh : Siti Atikah (Atik)

Kita semua niscayanya punya masa depan yang pasti hanya satu. Kematian. Sebagai orang yang beriman, saya meyakini bahwa sungguh hak Allah untuk mengambil dan memberi sesuatu, termasuk ajal kita, makhlukNya. Segala sesuatu berjalan karena  telah digariskan olehNya, dengan takdirNya. Semua yang ada di alam semesta beserta isinya adalah milik Allah, maka sebagai makhlukNya kita memang harus bersabar dengan mengharapkan pahala atas musibah yang menimpa. Ketika sesuatu yang dititipkan harus kembali padaNya. 

Allah berfirman : 

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. (QS.Ali Imran :185)

Pagi ini, paman saya, adik dari ayah saya, dipanggil menghadap Sang Ilahi setelah seminggu merasakan sakit lambung kronis dan dirawat di rumah. Syukurlah hasil swab almarhum bebas dari Covid sehingga kami tadi bisa mengurus jenazahmya sesuai syariat Islam, agama yang kami anut. Masih jelas terbayang pertemuan terakhir kami 29 hari yang lalu, pada 20 Juni 2021 di rumah tante di Depok, ketika ayah saya tengah transit di sana menjalani perawatan pasca operasi tulang bahu yang patah dan copot serta pemulihan akibat Covid-19. Saat itu beliau masih terlihat cukup bugar, menguatkan ayah saya supaya semangat dan cepat pulih. Meyakinkan saya bahwa ayah saya akan kembali sehat. Meskipun memang sempat saat itu ia berkata pada ayah saya bahwa jika tahun depan masih ada umur, usianya akan seumur almarhumah nenek yang telah 29 tahun lalu menghadap-Nya. Seakan memberi tanda bahwa ia tak lama lagi akan pergi meninggalkan kami semua yang kini menjadi nyata.

Sungguh, hari ini keluarga besar ayah saya sedang berduka. Sembilan bersaudara dan ini adalah kehilangan saudara kandung pertama yang kami rasakan. Betapa kami terpukul dan terhenyak. Namun, ikatan persaudaraan kami yang kuat membuat kami langsung bergerak saling menopang. Hidup harus terus berjalan. Kali ini pula adalah pertama bagi saya mengantarkan seseorang hingga ke liang lahat. Saudara sepupu dari pihak ayah saya bahu membahu membantu proses pemakaman dan menguatkan anak-anak almarhum akan kepergiannya. Hingga kemudian barulah kami tadi menyadari betapa administrasi untuk pemakaman tak sedikit. Untunglah semua tadi bisa teratasi dengan gotong royong antar kami sesama saudara sepupu.

Yaa Allah, melihat dan merasakan sendiri betapa kematian agar bisa dikubur dengan layak membutuhkan uang, maka saya dan sepupu yang mengelola ikatan keluarga besar ini tercetus dan terpikir untuk bisa memiliki tanah pemakaman keluarga sendiri. Tak lain dan tak bukan niatnya adalah agar tak satupun keluarga besar kami kesulitan lagi ke depannya, mengantarkan siapapun diantara kami yang meninggal untuk dimakamkan dengan layak. Tanpa terbebani dengan dana yang harus dikeluarkan di tengah duka ditinggalkan anggota keluarga tercinta. 

Mengapa terpikir demikian? Coba kalian bayangkan saja, dengan situasi pandemi saat ini, pemakaman tanpa kasus Covid saja harus merogoh kocek minimal 2 juta rupiah. Sementara pemakaman karena kasus Covid, harganya melambung hingga 8 juta rupiah. Sebelumnya, saya tak pernah mengetahui hal ini. Saya pikir siapapun yang meninggal, yaa tinggal dikubur dan diurus surat pemakamannya saja. Tak pernah terpikirkan bahwa ternyata jumlah dana yang harus dikeluarkan besar juga. Tadinya saya pikir hanya hoax mengenai dana penguburan kasus Covid seperti yang diberitakan di sosial media. Ternyata, memang benar adanya karena hari ini keluarga saya sendiri menghadapinya ketika mengurus administrasi pemakaman. Terbayang langsung di kepala saya bagaimana jika keluarga yang meninggal tidak punya dana untuk pemakaman. Oleh karenanya, betapa bantuan sanak saudara dan tetangga ketika ada yang meninggal itu berperan penting untuk meringankan beban keluarga yang ditinggalkan.

Menyadari kenyataan miris ini, sungguh niat dan impian saya kini bertambah. Selain ingin punya tanah pemakaman khusus untuk keluarga besar ayah saya, saya sungguh bercita-cita punya banyak tanah pemakaman gratis untuk masyarakat golongan menengah ke bawah. Saya ingin mereka tak merasakan kesulitan dan kepedihan karena tak bisa menguburkan anggota keluarganya yang meninggal atau justru berhutang untuk penguburan karena tak memiliki dana yang cukup untuk ukuran kocek mereka. 

Dapatkah impian saya itu terwujud? Insyaallah bisa. Saya niatkan saja dulu sambil sedikit demi sedikit mengumpulkan dana, entah dari mana, yang penting halal, agar niat untuk kemanusiaan ini dapat terlaksana. Siapa tahu melalui tulisan sederhana ini, ada banyak orang yang berpikiran serupa dengan saya dan bisa bersama mewujudkannya. Menghapuskan beban finansial pemakaman bagi keluarga ekonomis menengah ke bawah yang anggota keluarganya meninggal. Agar mereka bisa berduka dengan tenang tanpa dibebani administrasi pemakaman yang memberatkan. Aamiin. Apakah kalian termasuk para dermawan itu? Wallahu ‘alam.

19 Juli 2021

Hari ke-14, Lockdown Writing Challenge, Books4care, Kinaraya.com

#atikberbagikisah

IG : atikcantik07


Photo by Kevin Andre on Unsplash

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *