Oleh: Denik
Pandemi membuat segala sesuatunya menjadi tidak pasti. Semua serba tak menentu. Meski begitu tidak boleh pesimis. Harus selalu optimis. Sehingga dalam menjalani segala sesuatunya akan terasa indah. Penuh semangat.
Hal tersebut yang saya jalani sekarang ini. Jadi meski kondisi serba tak pasti, tapi saya mempunyai impian untuk dilakukan di masa yang akan datang. Yaitu sebuah mimpi untuk menggelar pameran tunggal.
“Weh, gaya bener. Siapa lu? Punya karya apa berani-beraninya pengin menggelar pameran tunggal?”
Mungkin ada yang berpikiran demikian. Ya, tak masalah. Sah-sah saja. Hak asasi manusia. Jadi saya tidak merasa tersinggung atau sakit hati kok. B aja. Begitu bahasa anak sekarang.
Namanya juga impian masa depan. Bebas toh mau bermimpi apa saja. Nah, inilah salah satu mimpi saya. Menggelar pameran tunggal buku-buku koleksi pribadi berikut kisah di dalamnya. Jadi saya itu kalau menyukai karya seorang penulis, maka hampir semua karyanya saya miliki. Kemudian harus bertemu dengan penulisnya juga.
Koleksi tersebut ingin dipamerkan agar diketahui oleh anak-anak sekarang. Terutama koleksi karya sastra. Karena ada karya sastra yang terbitnya sebelum Indonesia merdeka. Kerenkan? Ada juga karya pertama seorang penulis yang saya sukai dan terbitnya tahun 70-an. Inikan langka? Si penulisnya sendiri belum tentu punya.
Nah, lewat pameran tunggal ini saya ingin mengajak anak-anak muda zaman now melongok karya sastra zaman old. Lebih bagus lagi jika penulisnya bisa hadir dan berdiskusi bareng. Intinya memiliki impian kegiatan semacam itu.
Enam tahun yang lalu pernah menggelar kegiatan senada. Hanya saja waktu itu ikut event komunitas. Sehingga terikat aturan. Jadi tidak bisa eksplor kegiatan lebih jauh. Namun hal tersebut menjadi pengalaman dan motivasi agar tidak melakukan kesalahan atau kejadin serupa. Justru menjadi penyemangat diri. Apalagi pengunjungnya termasuk membludak waktu itu. Cukup kewalahan menjawab pertanyaan dari pengunjung maupun media yang meliput.
Untuk menjawab rasa penasaran pengunjung dan mengulang kesuksesan acara terdahulu. Maka di masa mendatang ingin sekali menggelar kembali acara tersebut. Namun bersifat mandiri dan lebih open. Wah, membayangkan hal tersebut semangat dalam diri ini semakin terpatik. Semoga saja semesta mendukung impian saya tersebut. Aaamiin.
“Memang apa untungnya?”
Secara finansial mungkin tidak ada. Karena memang tidak menjual produk. Secara kepuasan batin, iya. Sebab tujuannya memang memberitahu khalayak. Ini loh karya sastrawan yang dijuluki anu. Atau ini loh penulis yang selama ini kamu anggap sebelah mata dan lain-lain. Kasarnya pameran tunggal yang saya gelar tersebut untuk membuka mata khalayak terutama anak-anak muda tentang karya anak bangsa yang patut diteladani atau dicontoh. Yah, semacam itulah niatnya. Semoga bisa terwujud. Sekali lagi aamiin. (EP)
Photo by Luke Lung on Unsplash