Oleh: Hendra Desdyanto
Masih teringat jelas diawal-awal pernikahan. Setiap jalan-jalan naik motor dan melihat rumah yang bagus.
“Ya Allah, semoga kita nanti minimal punya rumah seperti itu ya, Yank,” kataku pada istri.
“Aamiin,” balasnya penuh harap.
Terkadang lucu juga. Setiap hari libur kita jalan-jalan mesti mampir ke perumahan. Keliling hanya sekedar melihat rumah-rumah yang bagus, mencari rumah yang desainnya pas dengan keinginan kita. Yang depan rumah ada tamannya, nanti dibikin seperti ini, nanti dibikin seperti itu. Pernah juga kita bertanya pada satpam yang jaga sekedar mencari informasi kantor pemasarannya. Setelah ke kantornya kita tanya-tanya. Gayanya kita seolah-olah mau beli rumah. Padahal untuk kebutuhan sehari-hari saja masih serba harus berhemat. Ujung-ujungnya setiap bulan kita masih pinjam si A, si B, bahkan si C. Gali lubang tutup lubanglah istilahnya. Kalau sekarang kita ingat-ingat lagi bikin senyam-senyum sampai ngakak. Hahahaaa
Bagiku hidup harus mempunyai target. Dari awal menikah, kami mempunyai target maksimal sepuluh tahun pernikahan harus sudah punya rumah. Dengan adanya target berharap tujuan ini bisa menjadi jelas dan kita termotivasi untuk mewujudkannya.
Sampai saat ini pernikahan kami sudah menginjak usia enam tahun. Bahkan Kami pun sudah berpindah-pindah rumah sampai tiga kali. Bukan karna rumah kami banyak, tapi karena itu bukan rumah sendiri. Heheee…
Dengan selalu berharap kepindahan yang keempat nantinya kami sudah punya rumah sendiri.
Alhamdulilah doa kami mulai terkabul bulan April tahun ini. Allah memampukan kami untuk membeli sebidang tanah. Meskipun mungkin bagi sebagian orang tanah kami kecil. Tapi bagi kami alhamdlilah itu lebih dari cukup. Tanah ini yang Insya Allah nantinya membawa mimpi-mimpi kami untuk memiliki rumah sendiri menjadi nyata. Bisa mendesain rumah sendiri itu juga impian kami.
Kadang setiap malam setelah anak-anak tidur kami bercerita. Terutama istriku yang selalu bersemangat menceritakan keinginan-keinginannya. Mendesain rumah yang belum tahu kapan bisa kami mulai bangun. Sedangkan uang masih untuk kebutuhan yang lain.
“Sayang, nanti kamar mandi dan dapur jangan taruh belakang ya!” pintanya. “Kamar kalau bisa tiga. Kamar kita taruh yang paling belakang sendiri. Nanti di sampingnya ada taman yang dikasih rumput dan batu-batu kecil berwarna putih. Nanti, di atasnya kita kasih jemuran gantung dan dikasih pot-pot kecil buat tanaman biar terlihat segar. Kalau bisa dikasih kolam kecil buat ikan berlarian ke sana kemari. Dengan demikian, anak-anak betah meskipun di rumah saja.”
Dengan masih tersisa empat tahun dari target. Sedikit demi sedikit kami mulai menabung lagi. Tentunya ya untuk membangun rumah impian. Tak lupa juga kami selalu berdoa dan memohon agar impian ini bisa terwujud. Apalagi kami tahu kalau Allah itu Maha Baik dan akan mengabulkan doa setiap hamba-Nya.
Photo by Douglas Sheppard on Unsplash