Oleh: Denik
Bicara masa depan. Ada satu hal yang ingin sekali saya wujudkan kembali di masa yang akan datang. Jika keadaan sudah membaik. Jika semesta mendukung dan rezekinya terkumpul.
Kok diwujudkan kembali? Iya, jadi sesuatu yang ingin saya wujudkan ini dulunya sudah pernah ada. Namun terpaksa diakhiri karena keadaan. Sejak dulu saya ingin sekali memiliki sebuah kafe. Sederhana saja bukan yang mewah dan megah. Tapi nyaman dan bisa menjadi tempat diskusi yang asik.
Nah, kebetulan sahabat baik saya pun memiliki cita-cita yang sama. Akhirnya direncanakanlah membuat kafe kecil seperti yang kita impikan. Tempat kita menghabiskan akhir pekan bersama tapi menghasilkan sesuatu juga. Jadi bukan nongkrong-nongkrong enggak jelas gitu. Sekalian memberi pekerjaan kepada mereka yang membutuhkan.
Dimana ada niat di situ ada jalan benar adanya. Kami memiliki niat mulia. Eh, semesta mendengar. Ditunjukkanlah jalan itu. Kami ditawari sebuah tempat untuk membuka usaha kafe tersebut. Sewa tempat istilahnya. Di tempat yang strategis dan tidak jauh dari tempat tinggal kami.
Setelah melihat dan merasa cocok dengan tempat tersebut. Kami segera berbagi tugas. Desain kafe, menu yang disediakan, properti yang dibutuhkan. Semua sudah kami rinci dengan baik berikut perhitungan dananya. Singkat kata kafe impian kami terwujud.
Belum satu bulan sejak pembukaan, kafe kami sudah memiliki pelanggan tetap. Sudah banyak pengunjung yang menyukai kafe kami. Padahal jam buka kafe kami saat itu baru sore hari setelah kami pulang bekerja. Saat itu kami memiliki pekerjaan masing-masing. Jadi kafe tersebut memang benar-benar untuk usaha sampingan dan tempat kami kumpul bersama teman-teman .
Suatu hari sahabat saya mengatakan bahwa kekasihnya ingin bergabung dengan manajemen kafe kami. Awalnya saya ragu. Karena meski sering bertemu dan sudah mengenal sebelumnya, tapi untuk urusan bisnis semacam ini saya belum mengenal karakternya. Namun karena sahabat saya mendesak dengan alasan kafe bisa buka lebih awal jika ada yang memegang selain kami, akhirnya saya pun tak bisa menolak.
Untuk beberapa bulan, semua berjalan lancar. Namun suatu hari ketika saya pulang dari luar kota. Kebetulan sahabat saya juga ada tugas keluar kota dan belum kembali. Saya terkejut melihat ada tulisan oper kontrak di kafe kami. Saya segera menghubungi pemilik tempat. Alangkah terkejutnya saya. Ternyata uang sewa tempat yang diserahkan kepada kekasih sahabat saya tidak dibayarkan.
Saya segera hubungi si sahabat karena nomor kekasihnya tak bisa dihubungi. Begitu si sahabat kembali dan kami datangi rumahnya. Ternyata si kekasih tidak ada dan sudah beberapa hari tidak pulang. Lemaslah kami. Fix, uang kami dibawa kabur oleh kekasih sahabat saya. Isi kafe ditahan untuk jaminan sampai kami melunasi sewa tempat.
Kami putuskan melepas kafe tersebut daripada mengeluarkan uang lagi. Si kekasih benar-benar menghilang tanpa jejak. Itulah nasib kafe impian yang kami bangun. Selesai begitu saja. Sedih sih mengingat perjuangan kami dalam merencanakan semuanya. Tapi takdirnya seperti itu mau bagaimana lagi? Ya sudah.
Nah, di masa mendatang. Saya ingin mewujudkan kembali impian yang pernah kandas tersebut. Tentu dengan konsep yang lebih baik dan tanpa campur tangan orang lain dalam urusan manajemen. Jadi mempekerjakan orang saja secara profesional. Karena kafe impian saya pun ingin dibuat profesional. Artinya tak hanya sebagai tempat makan. Tapi juga disewakan dengan harga terjangkau untuk berbagai acara. Jadi ada ruangan khusus yang nantinya bisa digunakan untuk menggelar acara. Misalnya bedah buku atau pameran mini. Semoga saja hal tersebut bisa terwujud. Jadi bagi teman-teman yang ingin menggelar acara apapun tidak bingung lagi mencari tempat. Ke Kafe Denika saja. Aamiiin.
Photo by Jacek Dylag on Unsplash