Buku Cerita Untuk Orang Dewasa

Sepanjang buku-buku fiksi yang aku baca. Cerita yang dikhususkan untuk orang dewasa baca ada tiga. Pertama adalah yang berlabel 21+, dan biasa isinya tersaji adegan ranjang. Kedua, adalah cerita dengan tokoh anak kecil yang memberi sudut pandang berbeda mengenai orang dewasa. Lalu terakhir, tentang refleksi atau renungan hidup. Karena tulisan ini adalah resensi The Little Prince, tentu, isinya tentang cerita dengan tokoh anak kecil yang bicara tentang orang dewasa.

Bicara mengenai cerita yang tokohnya anak, lalu ia bicara mengenai orang dewasa. Sebenarnya hal ini mengingatkanku pada perempuam pendongeng bernama Annisa (IG: @annisafey). Aku sempat diceramahinya tentang novel karangan Okky (IG: @okkymadasari) di komunitas perbukuan bernama Booklicious di Malang. Tidak tanggung-tanggung, dua hingga tiga buku yang termasuk seri Matara sudah Annisa ceritakan padaku. Mata di Tanah Melus, Mata di Pulau Gapi, sudah melesat ke ubun-ubunku tanpa membacanya sedikitpun. Asyik? Tentu. Ceritanya sangat asyik karena penuh dengan pengetahuan dan sudut pandang baru. 

Sedangkan kali ini, buku yang masih menggunakan “sudut pandang anak” yang baru aku baca, adalah The Little Prince. Masih diterbitkan oleh @bukugpu seperti seri Matara karya Okky. Kali ini ceritanya menggambarkan bagaimana seorang anak kecil dari planet kecil melakukan sebuah petualangan. Ia berpetualang didorong rasa ketidaktahuan dan keingintahuan. Lalu membuatnya menjelajah ke berbagai planet yang asing dan sesekali terlihat unik. Berbagai tumbuhan, hewan, dan orang ia temui dan ia ajak bicara. Pada puncaknya, Pangeran Kecil singgah di planet bernama Bumi sebelum akhirnya ia kembali ke rumahnya lagi.

Namun bukan perjalanannya yang menarik dari cerita Pangeran Kecil ini. Melainkan makna dari setiap percakapan dan aktivitas yang ia lakukan selama perjalanan. Apalagi rasa keingintahuannya begitu besar sehingga pertanyaannya memancing orang dewasa untuk berpendapat. Saat ia bertemu dengan “orang dewasa”, ternyata kebanyakan dari yang ditemui sering melakukan hal-hal konyol. Keangkuhan terasa begitu kental pada mereka orang dewasa. Contohnya saja, seperti saat Pangeran Kecil bertemu lelaki yang gila hormat (hal.42). Di mana orang itu tidak mau menjawab pertanyaan Pangeran Kecil. Lalu dalam narasi dijelaskan bila “orang gila hormat hanya mendengar pujian-pujian saja”. Lantas membuat Pangeran Kecil tidak lagi tertarik padanya karena ia anggap aneh. Pangeran kecil juga bertemu seorang raja. Raja menganggap setiap orang adalah rakyatnya dan harus patuh padanya. Raja memberi perintah, lalu mau tidak mau orang yang diberi perintah harus menurut. Pangeran Kecil juga bertemu dengan orang yang sungguh sibuk, dan banyak lagi “orang-orang dewasa yang aneh.” Karena bagi Pangeran Kecil, aktivitas mereka sungguh ganjil dan mengharap sesuatu yang tidak menarik.

Melihat tingkah lucu Pangeran Kecil dalam buku ini, selain membuat gemas pembacanya, juga membuat kita akan berpikir untuk segera “introspeksi diri”. Karena sudut pandang yang diberikan begitu dalam dan menyentuh “makna” tentang perilaku yang sering diagung-agungkan orang dewasa. Padahal, sejatinya perilaku orang dewasa itu banyak yang “kosong” dan tidak diperlukan. Namun tetap saja dilakukan. Orang yang gila hormat, orang yang sangat sibuk hingga menganggap dirinya tak punya waktu melakukan hal-hal biasa, orang yang melakukan pekerjaan secara terus menerus tanpa istirahat, dan lain sebagainya. 

Sebuah buku yang apik untuk dibaca “orang dewasa”. Karena memberikan banyak pelajaran penting dan berharga dari setiap ceritanya. Sedangkan bukti apik lainnya, buku ini sudah difilmkan di Netflix (dan aku ingin segera menonton) dan sudah diadaptasi menjadi game (dan ponselku ternyata enggak kompatibel. Sial). Sepanjang aku menjelajahi Instagram dengan tagar thelittleprince, selain banyak gambar mengenai game-nya. Banyak juga kreasi orang-orang untuk Pangeran Kecil. Mulai dari lukisan, desain visual, bordir untuk baju, dan banyak lagi.

Selamat membaca, orang dewasa. 🙂


Judul: PANGERAN CILIK (LE PETIT PRINCE)

Penulis: Antoine de Saint-Exupéry

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Tebal: 124 halaman

Peresensi: Khoirul Muttaqin (@bukutaqin)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *