Pandemi dan Anak Negeri

Oleh: Sri Rita Astuti

Lebih dari setahun  pandemi melanda negeriku. Virus corona penyebab covid 19 merajalela hingga pelosok negeri. Ibu pertiwi menangis. Putera putera bangsa berguguran hingga hitungan yang digitnya bertambah setiap hari. Corona tak hanya merajalela di bumi pertiwi tapi meluas ke berbagai negara.  Wabah yang mendunia, menghancurkan ekonomi di semua sektor. Berbagai teori muncul berkaitan merebaknya virus ini. Saat ini angka kematian covid begitu tinggi. Rumah sakit kolaps, tak bisa menampung pasien lagi. Nakes kelelahan lahir batin merawat pasien. 

Berbagai kebijakan diambil oleh pemerintah pusat dan daerah untuk mengatasi keadaan ini. Yang paling berdampak adalah rakyat kecil. PHK di mana mana, peluang usaha yang semakin sempit. Pekerjaan yang semakin susah didapat,  Terlebih dengan pemberlakuan PPKM dan lockdown. Yang jelas jelas membatasi gerak rakyat untuk berusaha dalam mencari rezeki.

Dunia pendidikan pun terkena imbas. Sejak ditetapkan sebagai bencana nasional, pemerintah Indonesia melalui menteri Pendidikan Nasional membuat kebijakan pendidikan melalui tatap muka menjadi pembelajaran di rumah. Artinya kegiatan belajar mengajar yang biasanya dilakukan di sekolah menjadi di rumah. Sistem inilah yang banyak dijumpai  Peraturan sekolah online atau daring jelas jelas tidak akan bisa menghasilkan kegiatan belajar mengajar yang optimal. Berbagai kendala jadi alasan. Transfer ilmu dari pengajar ke siswa tak akan sama hasilnya dengan proses belajar mengajar secara tatap muka. Dengan waktu belajar yang jauh lebih singkat. Entah akan jadi apa generasi muda saat ini ke depannya bila masa pandemi ini berlangsung dalam waktu yang lama. Semua kegiatan dipangkas.

Terkadang sedih melihat anak anak usia sekolah di jam yang harusnya mereka tengah berada di dalam ruang kelas tetapi malah berkeliaran atau berkumpul dan bergerombol di cafe cafe. Terkadang orang tua juga tak bisa memantau kegiatan anak karena kesibukan mereka. Akan seperti apa masa depan mereka nanti. 

Belum lagi kendala dari fasilitas peralatan yang menunjang baik itu dari ketersediaan gadget dan kuota data yang tidak semua orang tua murid mampu memilikinya. Apalagi di tengah krisis  ekonomi yang melanda akibat pandemi saat ini. Lalu ketersediaan jaringan internet yang tidak dapat menjangkau daerah daerah  terpencil. Hal ini menjadi sebab pembelajaran secara daring tidak diterapkan secara maksimal .

Mengenai hal-hal tersebut dapat disimpulkan bahwa kualitas Pendidikan era pandemi ini sangat menurun, dimana materi pembelajaran yang disampaikan oleh tenaga pendidik tidak dapat diserap dengan baik oleh para pelajar. Bagaimanapun hakikat keberhasilan belajar mengajar adalah dilihat dari pelajar yang menguasai materi yang diberikan oleh guru.

Lalu permasalahan masa depan yang kerap menjadi topik pembicaraan akhir-akhir ini yakni, “Bagaiamana kualitas pelajar jika terus menerus menjalankan pembelajaran yang kurang efektif dan tidak nyaman bagi mereka?” Hal ini tentu membuat orang tua terkhusus para pelajar merasa was-was akan masa depan mereka. Jika hal ini akan berlangsung lama maka tentu akan berpotensi pada penurunan sumber daya manusia di masa yang akan datang. 

Sementara sumber daya manusia yang berkualitas akan menjadi tuntutan untuk dapat survive di masa depan. Dimana mereka yang tidak memiliki kemampuan akan tersisih. Jangan sampai mimpi dan cita cita anak negeri terpasung karena pandemi.

Sungai Raya, 17072021


Photo by Mwesigwa Joel on Unsplash

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *