Menekuni Kegemaran

Oleh : Siti Atikah (Atik)

“Gengs, mau pilih ikut professional and wellness workshop yang mana? Yuk, buruan isi keburu penuh, nih!” tanya salah satu rekan kerjaku saat video call rame-rame semalam, setelah magrib. Riuh ramai kami membicarakan dan menimbang-nimbanh pilihan workshop yang sekiranya sesuai kebutuhan kami untuk diikuti pada sesi Professional Development minggu depan sebagai kegiatan rutin tahunan setiap menjelang tahun ajaran baru di sekolah tempat kami mengajar. Tak terasa, libur 4 Minggu sudah hampir berakhir. Rutinitas mengajar dan segala administrasinya sudah menunggu.

Sayangnya, ini tahun kedua kami sebagai guru harus mengikuti kegiatan rutin penanda tahun ajaran baru dimulai masih secara daring. Padahal awalnya, sekolah sudah merencanakan bahwa kami akan mulai kegiatan tatap muka bergilir dengan daring. Namun, lonjakan kasus Covid-19 sejak 3 Minggu terakhir melunturkan rencana tersebut. Entah kapan kegiatan pendidikan formal di negeri ini akan berjalan normal seperti yang sudah diterapkan beberapa negara lain sejak Januari lalu. Semua masih menyisakan tanda tanya.

Kembali ke topik sesi workshop, biasanya setiap ada pilihan sesi professional, saya akan pilih kelas yang menawarkan teknik mengajar yang menyenangkan. Jujur, meskipun sudah 16 tahun menjadi guru, saya masih merasa kurang kreatif untuk menyiasati kegiatan untuk murid-murid saya di kelas. Sementara, untuk sesi wellness, saya lebih memilih aktivitas yang saya gemari, yaitu kelas musik, tari, atau menyanyi. Jujur, tiga aktivitas inilah yang sangat menopang kebahagian jiwa saya dalam menjalani rutinitas sebagai guru, selain menulis tentunya.

Saya jadi teringat, beberapa bulan sebelum pandemi, saya sempat ditanya oleh kepala sekolah tentang apa target saya untuk 5 tahun ke depan. Saat itu saya menjawabnya bahwa saya ingin bisa memberikan anak-anak saya kehidupan yang lebih sejahtera, bisa punya pasangan hidup yang dapat seiring sejalan menuju rida Allah, dan bisa suskes berkarya melalui hal-hal yang saya gemari, yaitu melalui tulisan atau menyanyi. Ketika kemudian ditanya mengapa tidak untuk meraih karir yang lebih tinggi di sekolah tempat saya mengajar, duduk di kursi pimpinan apapun misalnya, maka saat itu jawaban saya adalah karena saya tahu diri tidak memiliki kapasitas yang cukup sebagai pemimpin. Ditambah lagi, sejak awal 2018, saya sudah merasakan bahwa memang passion saya tidak sepenuhnya untuk berkarier tinggi-tinggi di sekolah. Saya suka mengajar, namun saya lebih suka berkarya dan berbagi lewat tulisan dan bernyanyi. Hehehehe pede banget, ya, padahal kualitas tulisan dan vokal saya pas-pasan. Namun, saya selalu percaya bahwa setiap karya punya tempat di hati penggemarnya masing-masing. Setiap kali memikirkan hal itu, saya sudah merasa bahagia dan lega sekali karena bisa menyalurkan apa yang ada di benak saya melalui dua kegiatan itu. Syukur-syukur kalau ada yang merasa tercerahkan atau terhibur dengan karya saya.😇

Sejak pertanyaan yang cukup intens itu diajukan kepada saya, rasanya memang saya kemudian terpacu dan mulai memahami siapa diri saya. Memang sih belum sampai tahap yakin 100 %, namun bagi saya ini sudah langkah yang signifikan, setelah sekian lama saya terombang-ambing mencari apa yang membuat saya dapat menerima dan menghargai diri ini. Kalau saya tarik mundur memori ke belakang, memang sepertinya saya kurang menghargai diri saya sendiri. Saya terlalu disibukkan dengan apa penilaian orang lain terhadap saya sehingga saya dominan bergerak karena keinginan dan kebutuhan orang lain.

Bermula dari sanalah, saya kemudian perlahan menapaki satu demi satu hasrat untuk berkarya lewat tulisan dan nyanyian. Masih dalam tahap menyalurkan hobi. Lewat akun media sosial pribadi. Masih jauh lah kalau ke arah profesional. Tak mengapa. Sekarang malah tambah kegemaran saya yaitu mempelajari Sistem Bahasa Isyarat Indonesia (SIBI) sejak diajak teman mengcover lagu perpisahan untuk rekan-rekan kerja setahun yang lalu. Maka, belakangan video cover lagu yang saya garap pun sebisa mungkin saya gunakan SIBI meskipun sadar masih banyak kekurangannya. Tak mengapa. Terus berlajar dan mengasah diri. Ya, kan.

Ya, setidaknya inilah salah satu angan kecil saya. Ingin terus memperbaiki kualitas karya dari aktivitas yang saya gemari. Ingin kelak karya-karya sederhana ini dapat dikenal dan disukai banyak orang. Ingin kelak suatu saat nanti ketika kondisi finasial sudah stabil, saya bisa fokus berkarir melalui 2 aktivitas yang saya gemari ini. Tak mengapa kini masih sebatas mimpi dan angan. Asalkan setiap waktu yang ada, ada sesuatu yang dihasilkan agar obor semangat menggapai asa tersebut tak padam. InsyaaAllah.

17 Juli 2021

Hari ke-12 Lockdown Writing Challenge, Books4care, Kinaraya.com

#atikberbagikisah

IG : atikcantik07


Photo by Jonathan Farber on Unsplash

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *