Oleh: Hendra Desdyanto
Demi anaknya mendapat pendidikan, seorang ibu menggendong anaknya ke sekolah. Bukan karena anaknya rewel atau manja, akan tetapi karena anaknya tidak dapat berjalan. Demi anaknya mendapat pendidikan, seorang ibu menempuh jarak puluhan kilometer ke sekolah. Bukan karena ingin anaknya mendapatkan sekolah terbaik, akan tetapi di dekat rumahnya tidak ada sekolah yang sesuai dengan kondisi anaknya. Demi anaknya mendapat pendidikan, orang tua rela bekerja keras. Dia ingin anaknya bisa bersosialisasi dengan anak-anak yang lainnya dan kelak menjadi orang yang sukses.
Apa yang membuat mereka rela melakukan hal tersebut? Apa karena ini sudah kewajiban orang tua? Apa karena ini salah satu bentuk kasih sayangnya? Jawaban tersebut memang tidak salah. Tetapi, ada hal lain yang mereka rela melakukan hal tersebut. Dan hal itulah adalah harapan.
Iya, harapan. Harapan merupakan pemantik kekuatan dahsyat yang dimiliki seorang ibu. Meski harus menggendong anaknya ke sekolah ia berharap anaknya bisa belajar untuk mengembangkan bakat dan kemampuan berpikir yang dimilikinya. Meski harus menempuh perjalanan yang jauh seorang ibu rela mengantar anaknya ke sekolah. Ia berharap anaknya mendapat layanan khusus sesuai dengan hambatannya. Karena di dekat rumahnya tidak ada Sekolah Luar Biasa (SLB). Dan meski harus bekerja keras tak peduli hujan dan terik menyengat tubuhnya. Dengan harapan anaknya punya teman yang tidak merendahkannya, bisa hidup lebih baik lagi, dan meski hanya buruh tani orang tua ingin anaknya sukses.
Inilah kekuatan dari sebuah harapan. Dan cahaya harapan inilah yang ingin tetap kami nyalakan. Karena di saat seperti ini, tidak sedikit orang tua yang tidak berdaya. Kerja dibatasi. Sedangkan kebutuhan harus tetap terpenuhi. Untuk kebutuhan sehari-hari saja kesulitan apalagi untuk biaya sekolah. Sedangkan dipihak lain, kalau tidak ada pemasukan sekolah kesulitan untuk memenuhi biaya operasionalnya. Terlebih sekolah swasta.
Dari masalah ini muncul rasa peduli. Harapan yang lebih kuat untuk menghadapi pandemi. Kami berinisiatif menggalang donasi. Kami namakan “Gerakan Peduli Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus”. Kami fokuskan untuk membantu mereka terutama yang yatim piatu dan kurang mampu.
Setiap bulan kami menyalurkan bantuan agar mereka tetap mendapatkan pendidikan, bisa membeli seragam, alat tulis, atau biaya sekolah mereka.
Alhamdulillah… kami punya Tuhan Yang Maha Baik. Allah gerakkan hati hamba-Nya, sehingga orang tersentuh untuk berdonasi setelah melihat postingan kami. Allah juga menanamkan kepercayaan ke hati mereka (para donatur) sehingga percaya kepada kami. Mereka tidak pernah menanyakan apakah donasi yang sudah mereka berikan sudah kami salurkan atau belum dan mereka tidak pernah meminta bukti transfer. Kepercayaan mereka ini yang harus tetap kami jaga.
Alhamdulillah kami bisa menjadi jembatan bagi sebuah harapan. Untuk terus menyalakan harapan mereka. Suatu saat kami ingin mendirikan sebuah yayasan. Yayasan untuk membantu pendidikan anak berkebutuhan khusus.
Semoga harapan kami bisa terwujud sehingga dengan izin Allah, kami bisa membantu mewujudkan harapan-harapan mereka. Aamiin.
Photo by Nathan Anderson on Unsplash