Bertemu Lagi

Oleh: Agit Yunita

Masa lalu bisa saja terlupakan begitu saja seiring berjalannya waktu. Namun kadang ada momen tertentu yang sama sekali tidak bisa kita lupakan. Dan bahkan di masa depan, kita ingin bisa bertemu lagi dengan mereka yang dulu berada di waktu dan tempat yang sama dengan kita.

Seperti aku yang ingin sekali dapat berjumpa lagi dengan dia. Di suatu waktu yang menyenangkan. Di dalam keadaan yang sangat baik. Karena rindu itu sudah menumpuk sejak aku memutuskan pergi meninggalkannya. 

Namanya Sulis, gadis cantik dari Mojokerto yang kukenal saat bersekolah SMA di Surabaya dulu. Saat itu bisa dibilang kami dipersatukan oleh nasib yang sama. Sama-sama sedang merantau. Ya, karena pada saat itu kami memang tidak tinggal bersama orang tua. Aku sendiri tinggal di rumah Nenek sedangkan Sulis tinggal  di rumah tantenya. Saat bertemu pertama kali dan menjadi teman sebangku kami langsung jadi kawan akrab.

Sulis yang periang dan selalu ceplas-ceplos membuat aku mudah dekat dengannya. Bisa dibilang dimana ada aku di situ ada Sulis, dan begitu juga sebaliknya. Kami yang memiliki potongan rambut yang serupa, sering dibilang anak kembar, oleh kawan-kawan lain. Kedekatan kami pun semakin terjalin erat karena kami mengikuti ekstrakurikuler yang sama.

Ciri khas dari nya adalah cara bicaranya yang terlalu medok. Dan jika diperhatikan lebih dekat, di kulitnya yang putih, tangan dan kakinya dipenuhi bulu tipis. Begitu pun di sekitar bawah hidungnya, seperti penyanyi Iis Dahlia. Tetapi itu malah membuat dia semakin cantik dan manis dengan lesung pipi. Banyak kakak kelas yang meliriknya, tetapi baginya semua kawan. Tujuan dia datang ke Surabaya hanya untuk bersekolah dengan baik. Dia tidak mau masa sekolahnya dibuang percuma dengan cerita cinta-cintaan.

Namun sayang, aku harus lebih dulu meninggalkannya, bahkan belum genap satu tahun pertemanan kami. Aku harus kembali ke Bandung. Dari situ, aku dan dia bertukar kabar lewat surat menyurat. Namun di surat terakhirnya, dia menuliskan akan kembali ke kota asalnya, Mojokerto. Dia bercerita tak ada aku dia merasa sepi. Aku jadi merasa bersalah. Dan setelah itu, tak ada lagi kabar darinya. Aku merasa kehilangan.

Waktu terus berlalu, tak berhenti aku mencari, menanyakan pada kawan lain, namun tak ada yang mengetahui kabarnya kini. Bahkan setelah aku mengenal media sosial pun, aku terus mencarinya. Tetapi aku kehilangan jejaknya. Sebegini besar rindu yang harus kupendam. Aku ingin bertemu dengannya lagi. 

Semoga tali jodoh kami belumlah putus. Dan Allah mengizinkan kami untuk saling memeluk lagi. Di mana pun kau berada, Sulis, aku selalu mendoakan yang terbaik untukmu. Semoga kamu selalu sehat dan bahagia. Dan tidak pernah melupakan aku seperti aku yang selalu mengingatmu. 

Bantul, 17 Juli 2021


Photo by Sincerely Media on Unsplash

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *