Rumah Impian

Oleh: Tyasya

Mempunyai rumah sendiri pastinya menjadi impian setiap keluarga. Apakah itu keluarga muda yang baru menikah ataupun yang sudah lama menikah. Aku sudah sepuluh tahun menikah. Kalau kalian tanya, “Sudah punya rumah?” akan kujawab, “Sudah, rumah orang tua.” Hehehe.

Sudah selama ini menikah, kami memang belum mempunyai rumah sendiri. Dulu kami pernah akan mengajukan KPR. Perumahannya ada di daerah Bojonggede. Hanya saja, akses ke sana tidak ada angkutan umum. Kami pun tidak jadi mengambilnya. Apalagi perjalanan menuju ke sana penuh dengan cerita, dan bahkan membuat kami beradu argumen. Kata suami, udah nggak berkah.

Ada banyak pertimbangan yang kami pikirkan saat akan mengambil KPR, terutama anak dan mertua. Maka dari itu sampai sekarang belum ada yang cocok, baik segi lokasi maupun harga. Terlebih ketika sekarang anak kami sudah dua, dan mertua juga sudah mulai menua.

Kami masih memimpikan rumah itu. Rumah impian di mana kami bisa bercengkrama dengan anak-anak. Tidak perlu bertingkat apalagi mewah. Sederhana saja cukup. Dalam bayanganku, rumah itu berlantaikan keramik dan dihiasi beragam jenis tanaman hias. Rumah impian itu begitu asri.

Tidak perlu juga pagar tinggi apalagi berduri. Rumah impian itu memang adanya di kampung halaman sana, meski entah kapan terlaksana. Pada awalnya memang keadaan seperti ini (belum punya rumah sendiri) mengganggu pikiranku. Apalagi jika melihat kawan lain sudah memiliki rumah sendiri.

Ketika itu terjadi, maka aku kembalikan kepada pemikiran bahwa apa benar sudah siap mandiri? Siap dengan semua konsekuensi yang mungkin terjadi. Jangan sampai nanti sudah mempunyai rumah sendiri tetapi masih saja merecoki dapur orang tua. Nauzubillah.

Namun, apakah tidak ada target? Jujur memang tidak ada. Apalagi saat pandemi seperti sekarang. Membayangkan mertua dan nenek mertua hanya tinggal bertiga di rumah, kok sedih. Kok tega banget meninggalkan orang tua? Duh, jangan sampai! Seperti apapun keadaannya, ya mereka tetap orang tua yang perlu kami jaga.

Jadi, kami berdoa, semoga di manapun rumah impian kami terwujud di sana ada orang tua menemani. Bisa saja rumah impian kami terwujud di rumah ini—yang sekarang ditempati—bisa juga di tempat lain.

Aku pernah bertanya kepada suami, “Beh, kapan kita punya rumah sendiri?”

Dia akan menjawab, “Lha ini sudah punya. Berdoa saja, kalau pun tidak di dunia, Allah bangunkan rumah impian kita di surga. Aaamiiin.”

Setelahnya aku juga mengaminkan doanya. Maka saat ini, aku berdoa kepada-Nya seperti apa yang diucapkan suamiku. Ya Allah, berikan kami rumah di surga-Mu. Rumah di mana kami bisa bertemu kembali, bersama dalam indahnya surga-Mu. Aaamiiin.


Photo by Tierra Mallorca on Unsplash

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *