Nulis Lagi, Terbit Buku Lagi

Oleh: Agit Yunita

Aku bukan penulis hebat. Aku hanya suka menulis dan memiliki kesempatan menjadikannya sebuah buku. Dan aku tak ingin berhenti melakukannya selama aku masih bisa melakukannya. Setelah sudah tujuh judul buku kutulis, aku tak mau ada kata cukup.

Kali ini, aku ingin membuat sebuah kumpulan puisi. Masih kumpulan-kumpulan puisi. Tidak mau coba yang lain? Mau. Tapi aku belum mampu. Daripada tidak maksimal hasilnya, aku tekuni saja yang kusukai sepenuh hati.

Kali ini, sejujurnya, buku yang ingin kutulis adalah sebuah hadiah yang ingin aku persembahkan kepada seseorang. Ya, seseorang yang selama ini selalu mendampingi, dalam keadaan baik dan buruk dia selalu setia di sisiku. Dan di tahun 2022 nanti usia pernikahan kami genap 10 tahun. Usia yang di awal cerita sedikit aku sangsikan. Maka untuk merayakannya, aku ingin mengabadikan perjalanan kami dalam sebuah buku. 

Bagi sebagian orang, itu pasti bukanlah sesuatu yang istimewa. Namun bagiku yang tak mampu banyak berkata dalam mengungkapkan isi hati dan pikiran, tulisanlah yang mampu mewakilinya. 

Buku yang nanti ingin aku tulis, terinspirasi dari buku karya Aan Mansyur yang berjudul Tidak ada New York Hari ini. Dimana di dalam buku tersebut terdapat foto-foto yang menambah keindahan dari puisi-puisi yang ia tulis. Konsep buku yang belum pernah aku buat sebelumnya. Aku ingin menjadikannya karya yang manis. 

Buku kedelapan yang nanti bisa aku selesaikan. Yang ingin aku terbitkan, tepat di tanggal ulang tahun pernikahanku. Menjadi penyemangat agar aku terus bisa berkarya. Paling tidak, menulis adalah caraku bertahan. Bertahan dari segala hal. Yang sudah menjadi bagian dari diriku, sejak aku masih kecil.

Semua yang kucapai saat ini, adalah keinginan yang terwujud dari diriku di masa lampau. Dan aku tidak ingin berhenti bermimpi. Berusaha meraih apa yang bisa membuatku bahagia. Bukankah itu tujuan hidup.

Sebut saja aku penulis amatir yang banyak mau. Tetapi berada di lingkungan yang tepat membuatku percaya, tidak ada yang tidak mungkin. Semuanya bisa didapat tergantung seberapa keras kita memperjuangkannya.

Aku termasuk orang yang mudah menyerah. Tetapi dengan setiap hari melihat kawan-kawan penulis yang terus produktif menerbitkan buku, aku pun ikut terpacu. Segala ide yang kadang liar menguasai pikiran, harus aku tangkap, dan abadikan mereka dalam lembar-lembar kertas. Menyematkan sekali lagi, namaku di sampul buku. 

Aku pun ingin aktif lagi menulis bersama kawan-kawan penulis, mengikuti banyak event kepenulisan. Karena dari sanalah buku pertamaku bisa terwujud. Sebuah keberanian yang terkadang tak kusangka, aku memilikinya juga. 

Semoga yang kulakukan ini tak salah, si orang biasa ini hanya ingin membuat kenangan baik. 

Bantul, 16 Juli 2021


Photo by Lucas George Wendt on Unsplash

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *