Menanti Janjimu

Oleh: Sri Rita Astuti

Kita dua manusia yang teramat mencintai pantai, sayangnya kita menyatu di tempat yang jauh dari pantai. Dirimu malah asyik bercumbu dengan rimbunnya pepohonan di seantero negeri lalu terdampar di tengah rimba tanah Borneo. Dan aku bergelut dalam kewajiban di dataran yang jauh dari bau laut.

Kemarin itu engkau berjanji membawaku ke sana untuk bersama sama menikmati tepian pantai dan keromantisannya. Tahukah kamu kekasih, aku membayangkan lembutnya sapuan angin pantai membelai ragaku dengan jemari yang ada dalam genggamanmu. Berjalan berdua menapaki pasir pantai dengan diselingi dinginnya jilatan ombak  yang tak pernah lelah bersenda gurau bersama bayu dan camar. 

Engkau memuja pantai karena memang dilahirkan dan dibesarkan di antara nyayian deburan ombak dan pekikan riuh burung camar. Pasir pantai telah menjadi sahabatmu, yang mengukir jejak perjalanan hidupmu di atas permukaannya, gemerisik nyiur melahirkan kidung nina bobo menemani tumbuhmu. Ah, dirimu memang anak pantai yang kerap bergelut bersama joran, jala dan sampan yang terapung bergoyang dialun gelombang laut. Bercumbu bersama buih gelombang yang memutih dan menghilang di ujung pasir pantai.

Sedangkan aku memuja pantai karena kedamaian dan ketenangan yang selalu disuguhkannya setiap kali aku bertandang dalam pelukannya. Aku menyukai bau lautnya dan semilir bayu yang mengusap lembut ragaku, merindui halusnya buliran pasir menyapa kulit telapak kakiku. Mengagumi indahnya cakrawala saat mentari beranjak ke peraduan ditemani semburat jingganya lembayung di kala senja. Menikmati tarian lincah dari kepakan sayap camar camar putih di atas buih gulungan ombak.

Aku ingin nanti saat kita berdua menatap jauh ke lepas pantai, menikmati matahari senja yang beranjak ke peraduan engkaukan bertutur tentang kisah persahabatanmu dengan ombak, nyiur, pasir, bayu, buih gelombak dan camar.

Atau engkau kisahkan tentang nikmatnya berburu ikan dengan joran bambu dan jala di atas sampan yang berayun. Bagaimana adrenalinmu terpacu ketika tali joran tertarik mangsa yang memakan umpanmu. Agar dapat kuronce semua kisah perjalanan hidupmu itu dalam larikan larikan diksi-diksi indah. Untuk jadi prasasti yang akan dikenang oleh anak cucu kita. Betapa indah dan menakjubkannya persahabatanmu dengan alam. Mengajarkan tentang cinta dan kasih terhadap semua mahakarya Sang Penguasa Alam.

Aku ingin kelak kita juga bisa menikmati indahnya bulan yang bersinar penuh dihiasi bintang bintang. Sambil bersandar pada bahumu dalam rengkuhan hangat lengan kokohmu kekasih. Sambil berbincang tentang harapan  harapan dan impian yang ingin kita capai. Tentang masa tua yang kan kita lewati bersama. Tentang anak cucu yang kan menemani sisa usia nanti.

Mungkin pada saat itu akan kuajak dirimu bersama merangkai aksara indah yang teruntai menjadi puisi puisi cinta yang bertutur tentang rasa yang kita punya. Bagaimana cinta begitu ajaib menyatukan kita. Menciptakan simpul simpul bahagia, berharap tak akan pernah terurai. Abadi hingga  akhir.

Cinta rasanya sudah tak sabar menanti tiba hari itu, dimana kau kembali dan mewujudkan janjimu. Lihatlah telah kukemas perlengkapan kita dalam sekeranjang asa. Perjalan dengan hati bersama pemilik hati. 

Sungai Raya, 16072021


Photo by Miriam Eh on Unsplash

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *