Oleh: Delfitria
Aku tersadar, salah satu hal yang menghambat diriku selama ini adalah inkonsistensi. Banyak hal yang ingin dicapai oleh manusia, tapi tidak banyak usaha yang dilakukannya. Salah satu usaha yang tidak dilakukan itu, ya, konsistensi. Aku banyak mendengar kisah-kisah kesuksesan orang lain yang mereka selalu menampilkan konsistensi. Pasti kamu tahu sebuah band bernama The Beatless? Dalam buku Malcom Gladwell yang berjudul Outlier, The Beatless melakukan latihan lebih dari 10.000 jam dalam bermusik. Hasilnya? Ya, kita semua menikmati seni music yang diberikan oleh mereka bahkan dari berbagai generasi yang ada.
Tidak hanya The Beatles, orang sukses lainnya juga banyak yang konsisten melatih kemampuan mereka, membuatnya semakin tajam dan semakin berharga. Bagaimana denganku? Sudah berapa jam ku latih kemampuanku? Anyway, kemampuan apa yang ku pilih untuk dilatih? Aduh, untuk menentukan kemampuan saja masih bingung. Selama ini aku terlalu generalis dalam banyak hal. Tekadku untuk konsisten dalam menemukan kemampuan tersebut melalui meditasi setiap malam pun tidak ku lakukan. Ada saja alasan untuk membiarkan hal-hal yang sudah terjadwal menjadi ditunda.
Konsistensi, dalam KKBI merupakan sebuah kata benda. Namanya juga kata benda, sudah pasti bisa dibentuk. Konsistensi memiliki arti ketetapan atau kemantapan dalam bertindak. Dalam arti lainnya juga termasuk sebagai ketaatan. Dari definisi ini, aku semakin yakin bahwa konsistensi menjadi modal dasar untuk menjadi orang yang sukses. Sukses dalam hal apapun. Sukses dalam hal pekerjaan, hal ibadah, hal persahabatan dan hal hubungan romantic. Semakin mantap dia, semakin kuat juga ikatannya terhadap sesuatu yang sedang dijalin.
Misalnya begini. Seseorang yang ingin sukses di akhirat atau kita ibarat kan mereka yang pantas mendapatkan surga nantinya pasti butuh konsistensi. Orang tersebut juga memerlukan sebuah kemantapan terhadap apa yang dipercayainya sebagai syurga. Ia mantap kalau beramal akan selalu bermuara syurga. Ia mantap kalau ibadahnya setiap malam akan bermuara syurga. Serta kemantapan lainnya. Mungkin, kemantapan tersebut dapat kita sebut sebagai keimanan. Seperti seorang pegawai yang mantap pada pekerjaannya, keimanan layaknya seperti etos kerja. Sebuah kontinum yang selalu perlu ditingkatkan saat melaksanakan sesuatu dengan baik.
Kembali ke mereka yang ingin sukses di dunia akhirat. Kemantapan dapat ditingkatkan dengan berbagai upaya. Ia tidak serta merta turun dari Tuhan dan mengilhami hati manusia. Well, datang ke majelis ilmu, memperbaiki ibadah harian hingga beramal yang banyak termasuk dalam meningkatkan kemantapan itu sendiri. Bagi mereka yang konsisten melakukannya, maka surgalah jaminannya. Coba, kalau saja orang itu ‘bolong-bolong’. Terkadang Ia sadar, terkadang Ia lupa, terkadang Ia bahkan seperti tidak ingat pada Tuhannya. Bisa sih masuk surga, tapi tidak tahu urutan ke berapa nantinya.
Terbukti. Konsistensi melahirkan sukses. Dalam sebuah konsistensi, selalu ada ketetapan hati ke arah yang lebih bersih. Arah yang lebih bersih inilah yang akan mengantarkan kita pada evaluasi, kritik hingga saran agar apa yang sedang kita kejar dapat berjalan sesuai rencana. Orang-orang konsisten juga akan belajar bagaimana menjadi individu yang lebih efektif dan efisien dalam menjalankan tugas. Sebagaimana The Beatles, mungkin saat ini promo yang lakukan tidak perlu semasif dulu. Tapi semua orang hampir tahu dan pernah mendengar lagunya. Aduhai, manis sekali buah dari konsistensi!
Photo by Daniel Cheung on Unsplash