Mengejar Murid

Oleh: Tyasya

Pandemi telah mengakibatkan dunia pendidikan di Indonesia mengalami perubahan yang signifikan. Dalam beberapa hal, ini berarti kemajuan. Kita memang dipaksa untuk berubah menjadi lebih baik. Sistem pembelajaran jarak jauh ini, mempunyai nilai positif dan negatif. Sisi positifnya adalah kita dipaksa belajar teknologi yang mungkin dulu tidak pernah kita pikirkan. Teknologi yang dulu hanya bisa kita bayangkan.

Sisi negatif terjadi jika tidak terjadi harmonisasi antara guru, orang tua dan murid. Peran utama dalam pembelajaran jarak jauh ada pada orang tua, karena orang tua yang bisa mengawasi anak di rumah. Apakah betul dia belajar atau malah bermain game dengan alasan tugas?

Peran guru juga tidak kalah penting. Guru tidak bisa lepas tangan begitu saja. Murid harus tetap diperhatikan, jangan sampai terjadi loss contact. Hal ini bisa saja terjadi jika tidak ada perhatian ketika murid tidak mengerjakan tugas dan dibiarkan begitu saja.

Seperti yang terjadi pada salah satu muridku. Selama setahun belajar, bisa dihitung berapa kali dia mengerjakan tugas atau mengisi daftar hadir. Setiap hari harus di ingatkan melalui telepon. Capek? Mau tidak mau. Jangan sampai kehilangan kontaknya.

Suatu hari menjelang ujian, tiba-tiba dia menghilang. Tidak mengisi daftar hadir bahkan di telepon gagal. Tidak tersambung. Duh, harus bagaimana?

Akhirnya mau tidak mau harus home visit, datang ke rumahnya langsung. Dengan hati-hati aku berangkat dari Kemayoran menuju Grogol. Sesampainya di sana, aku mengetuk pintu yang tak kunjung di buka. Apa belum bangun? Tapi ini sudah pukul sembilan pagi. 

Hmm. Aku menghela napas pelan. Sudah sejauh ini mengejarnya, semoga bisa bertemu. Aku mengetuk pintunya lagi. Kali ini kudengar langkah kaki mendekati pintu.

Ketika pintu dibuka, aku sedikit kaget. Muridku itu muncul dengan muka bantal, alias baru bangun tidur.

“Baru bangun, Lisa?” tegurku.

“Iya, Bu. Hehehe,” jawabnya cengengesan.

Kutanya, di mana Mama? Ternyata Mamanya sudah berangkat berdagang dan dia sendiri di rumah, jadi tidak ada yang membangunkan dia setiap hari. Aku menghela napas. Beginilah kenyataannya. Tidak semua orang tua bisa dan mau mendampingi anaknya. Aku berharap setidaknya orang tua bisa mendampingi virtual, misalkan membangunkan lewat telepon, menanyakan tugas lewat chat, dan lain sebagainya.

Kita tidak tahu sampai kapan pandemi ini akan berakhir. Mari kita semua bekerja sama menyukseskan pelaksanaan pembelajaran jarak jauh. Agar tidak ada lagi guru yang mengejar muridnya, karena sejatinya ilmu dibutuhkan oleh murid. Pembelajaran jarak jauh seharusnya adalah simbiosis mutualisme antara guru, murid, dan orang tua. Ayo kita selalu belajar bersama dan berhasil bersama pula. Aamiin.

Selamat belajar dari rumah, anak-anak.


Photo by Sanah Suvarna on Unsplash

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *