Oleh: Wulandari
Ketika awal pandemi melanda, semua orang mulai panik. Imbauan untuk memakai masker membuat masyarakat memborong masker di toko-toko atau supermarket. Ditambah adanya oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab yang sengaja memborong masker dalam jumlah gila-gilaan membuat stok masker yang tadinya banyak menjadi langka.
Belum lagi masker-masker tersebut dibeli bukan untuk kemanusiaan, tetapi untuk dijual kembali dengan harga yang sangat mahal. Hal ini membuat masyarakat yang tidak mampu tidak bisa membeli masker.
Selain langkanya masker, kepanikan masyarakat kita kembali terjadi saat pemerintah menetapkan isolasi mandiri setiap kota dengan istilah PSBB yakni Pembatasan Sosial Berskala Besar kini berganti menjadi PPKM yakni Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat.
Banyak masyarakat memborong stok sembako dalam jumlah yang banyak untuk keperluan sehari-hari. Hal ini justru membuat harga sembako naik berkali lipat dan kembali merugikan masyarakat kecil.
Sungguh heran dengan sifat masyarakat kita yang sering sekali latah jika ada hal yang muncul di media. Selain itu masyarakat juga berbondong-bondong membeli vitamin C dan suplemen-suplemen yang bisa menjaga sistem imun tubuh.
Bahkan harga susu cair merek beruang, menjadi naik karena banyak masyarakat yang menganggap bahwa susu cair tersebut bisa menangkal Virus Corona. Padahal khasiat susu cair beruang sama juga dengan susu cair merek lain yang harganya jauh lebih murah.
Selain susu harga kelapa hijau juga menjadi naik karena tingginya permintaan masyarakat di tengah pandemik ini. Justru kepanikan seperti inilah yang membuat para mafia kesehatan memanfaatkan kondisi sekarang untuk meraup keuntungan.
Seperti harga swap dan harga Rapid test yang lumayan mahal, padahal kedua pemeriksaan tersebut merupakan hal utama bagi masyarakat yang ingin bepergian dan bekerja.
Yang sangat disayangkan adalah beberapa oknum rumah sakit sengaja membuat keterangan palsu pada pasien yang meninggal karena penyakit lain sehingga dinyatakan positif mengidap Covid-19.
Baru-baru ini juga ada oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab memeriksa penumpang bandara dengan menggunakan peralatan bekas swap dan rapid test pada penumpang di Bandara. Padahal peralatan bekas tersebut telah kotor dan banyak mengandung bakteri bahkan ada kemungkinan adanya bekas pasien yang positif terpapar Covid-19.
Bukan hanya masalah swap dan rapid test saja, harga oksigen untuk pasien di rumah sakit juga menjadi naik bahkan ada beberapa stok tabung oksigen yang langka.
Mafia kesehatan di negara kita benar-benar tak punya hati, demi uang mereka rela membuat orang lain kesulitan.
Padahal karena pandemik ini banyak toko, rumah makan dan perusahaan yang tutup serta banyak masyarakat yang kehilangan pekerjaan.
Meski vaksin untuk Covid-19 telah dibeli oleh pemerintah dan dibagikan ke seluruh provinsi Indonesia, tetapi lagi-lagi masyarakat harus dirugikan karena masyarakat harus membayar vaksinasi tersebut, belum lagi harganya lumayan mahal.
Mengapa masyarakat kecil masih dibuat susah, tidakkah pemerintah tahu jika untuk bisa makan saja saat pandemik ini sudah sulit. Bantuan-bantuan yang katanya untuk rakyat juga diselewengkan di mana masyarakat yang dapat tidak merata. Ada masyarakat yang mampu justru mendapat bantuan sedangkan masyarakat yang benar-benar membutuhkan justru tidak dapat.
Inilah lucunya negeriku, banyak orang yang kaya sibuk memperkaya diri di tengah pandemik ini, bahkan bersikap masa bodoh dengan kesulitan orang lain. Pemerintah juga terkesan tak peduli, memberlakukan PSBB atau PPKM bagi rakyatnya tetapi para turis dan TKA justru diperbolehkan masuk ke Indonesia.
.END.
Photo by Konstantin Evdokimov on Unsplash