Saya punya langganan nasi goreng. Mas Bejo nama pedagangnya. Dia mangkal di belokan jalanan yang biasa dilalui mikrolet M 26.
Yang luar biasa dari mas Bejo ini, dia biasa puasa Daud. Puasa selang seling. Pada hari-hari tertentu, dia pergi mengaji dan warung nasgornya tutup.
Buka sekitar jam 10.00 dan tutup dini hari. Begitu pulang ke rumah, dia sempatkan sholat 2 rakaat, lalu tidur. Ketika Subuh, dia sholat dan dilanjutkan dengan pergi ke pasar untuk belanja.
Kalau dipikir-pikir lelah juga kerjanya ya? Karena itu tidak aneh, dia suka ‘curi-curi’ tidur di saat dagang. Ada beberapa kali saya mampir dan dia dalam keadaan tidur di bangku panjangnya.
Ya begitulah tanggung jawab pada keluarga. Mas Bejo punya 3 anak. Satu perempuan dan 2 laki-laki. Terakhir kabar yang saya punya. Anak pertamanya sudah lulus kuliah, yang baru mau kuliah dan si bungsu masuk sekolah pelayaran.
Mas Bejo sosok yang ramah. Pembelinya boleh berhutang. Suatu ketika sedang menikmati nasi goreng, datang seorang wanita. Dia mengatakan bahwa kedatangannya untuk membayar hutang adiknya.
Dia lain waktu, saat sedang menyantap makanan sajian mas Bejo, datang dua orang pemuda. Dari tongkrongannya, anak orang kaya. Sepulang mereka berdua, mas Bejo menjelaskan siapa mereka berdua. Benar anak orang berada.
Sepanjang saya mampir di warung mas Bejo, rata-rata pembelinya bersikap baik sebagaimana mas Bejo bersikap baik. Kadang iri pada ‘kesempurnaan’ mas Bejo.
Kewajiban pada Allah ditunaikan. Tanggung jawab pada keluarga tidak diabaikan. Pelayanan terhadap pelanggan merupakan pelayanan prima. Perhatian terhadap diri sendiri juga diperhatikannya, walau kadang perlu dikorbankan.
Photo by Indira Tjokorda on Unsplash