Oleh: Hendra Desdyanto
Dua hari ini aku benar-benar merasa kesulitan untuk mencari ide. Hal apa yang mau kutulis aku juga masih bingung. Biasa aku mulai menulis setelah subuh. Itupun nanti malam baru selesai. Tapi sekarang beralih mulai Isya. Waktu yang sangat mepet untuk menulis. Apalagi aku masih terbilang amatir. Aku baru belajar menulis bulan Februari kemarin. Tapi hal ini tidak boleh kujadikan alasan.
Biasa menulis mengalir begitu saja. Tapi sekarang beda. Mungkin PPKM juga berimbas ke otakku. Jadi tersekat pikiran ini dan tidak bisa bebas berkeliaran.
Aku sadar, terkadang aku perlu berhenti sejenak, kemudian melanjutkan berlari lagi. Merenung, ternyata aku tidak bisa apa-apa. Ternyata, setiap aku dapat inspirasi, dapat ide, dan dapat mengembangkannya menjadi tulisan, aku ditolong oleh Sang Maha Ilmu. Tiba-tiba ide itu muncul, tiba-tiba melihat sesuatu langsung dapat inspirasi, tiba-tiba lancar menulis. Itu adalah bentuk pertolongan-Nya.
Harusnya sadar, ketika inspirasi itu menjadi tulisan yang bagus dan disukai banyak orang. Bahkan menjadi sebuah buku best seller. Hal itu tidak perlu disombongkan. Apa yang mau disombongkan?
Kita. Eeehhh… bukan kita tapi aku. Karena sejatinya aku ini tidak bisa apa-apa.
Itu menunjukkan betapa sayang-Nya Dia padaku. Dia ingin aku menulis ayat-ayat-Nya. Tentang alam, tentang semesta, tentang kehidupan, tentang kematian. Bahkan setelah kematian.
Saat aku menulis sebuah buku dengan judul “Tuhan Tidak Gagal”, di buku ini kujelaskan kehebatan-Nya, kujelaskan kuasa-Nya. Kenapa Ciptaan-Nya identik dengan warna hijau dan biru. Kenapa yang Maha Sempurna menciptakan yang menurut pandangan manusia tidak sempurna. Dan hikmah apa yang ada di dalamnya.
Sayang, buku ini belum bisa dinikmati orang banyak. Belum bisa dicetak. Ya sudahlah mungkin belum saatnya. Tuhan pasti punya rencana yang jauh lebih indah.
Bagiku, penulis adalah salah satu perantara-perantara Tuhan. Dia menjadi perantara untuk melukiskan ayat-ayat-Nya supaya dikenal oleh setiap hamba-Nya. Jadi banggalah menjadi seorang penulis. Apalagi penulis yang dapat menginspirasi.
Dan seorang penulis tidak dapat berdiri sendiri. Dia butuh penulis yang lain untuk saling memotivasi, bertukar pikiran, dan saling menginspirasi. Dan dia butuh orang lain agar tulisannya dikenal.
Inilah yang kurenungkan. Aku merasa beruntung banget bisa bergabung dalam komunitas ini (Books4Care). Bisa bergabung dengan para penulis hebat dan semua yang ada di dalamnya. Aku sebut “semua yang ada di dalamnya” karena aku benar-benar belum tahu siapa, posisi apa, dan tugasnya apa beliau-beliau yang di Books4Care. Aku berterima kasih banget.
Sekali lagi, tanpa kusadari, Tuhan menunjukkan kuasa-Nya. Saat ini meskipun aku belum ada ide mau menulis apa, aku bisa menulis. Sampai di kata “ini” kulihat sudah terangkai 406 kata. Masya Allah…
Alhamdulillah… sesuatu yang patut kusyukuri. Terima kasih…
Terima kasih Books4Care. Salam sukses.
Photo by Ryan Snaadt on Unsplash