Oleh: Hendra Desdyanto
Aaahhh… rasanya rasa ini ingin kubuang. Pikiran berputar-putar tapi tak kunjung menemukan. Kupaksa tapi tetap tak bisa. Kutulis… kubaca… kemudian kuhapus. Lagi dan lagi hal ini terjadi. Aaahhh… sudahlah nanti saja. Percuma, masih belum bisa.
Kumatikan laptop. Beranjak dari tempat duduk lalu kubuka kulkas. Kuambil minum, kuteguk, dan kubiarkan air mengalir ke tubuh melalui pembuluh darah. setelah sampai ke otak, berharap pikiran ini jadi lebih jernih dan tubuh jadi lebih semangat. Tapi, tetap saja belum ada perubahan.
Aku kembali melihat laptop. ternyata laptop dan tubuh ini masih tetap enggan berinteraksi. Kucoba nyalakan handphone. Kugeser ke kanan, kugeser ke kiri.
Tidak ada pesan masuk, lalu kumatikan.Rasa malas ini membuatku tak berkutik. Mungkin ini karena aku belum mendapat inspirasi.
“Sayang, minggu-minggu ini ada nggak ya, kejadian seru yang bisa kujadikan bahan tulisan?” kutanya istri berharap ada solusi.
“Hhhhmmmm… kayaknya sudah nggak ada, hampir sudah kamu ceritakan dalam tulisan semua,” kata dia sambil meringis dan berlalu bagai angin.
Istriku tahu kalau beberapa hari ini aku ikut tantangan “Lockdown Writing Challenge”, sebuah tantangan yang diadakan oleh Books4Care. Menulis selama 15 hari di masa lockdown. Sehari saja tidak mengirim tulisan berarti gugur. Dan sekarang adalah hari kesembilan. Awalnya aku nggak yakin bakalan bisa, tapi kalau belum dicoba, mana aku tahu. Lagian karena sifatku juga. Kalau tidak dipaksa menulis ya nggak bakalan menulis. Heheheee…
Dan barusan aku dapat kabar kalau PPKM diperpanjangan sampai tanggal 2 Agustus 2021. Bisa-bisa tantangan ini juga diperpanjang. Aahhhh… sudahlah… heheheee… maaf teman-teman Books4Care. Bercanda.
Kita lanjut ke masalahku ini. Jawaban istriku malah bikin garuk-garuk kepala. Lalu kucoba ingat-ingat lagi. Barangkali ada yang bisa kutulis. Tapi, aaahhh… Lagi-lagi memang belum kutemukan.
“Sayang, tolong aku bikinin jahe hangat ya!” pintaku.
“Iya sayang,” jawabnya sambil senyum.
Melihat senyum yang terpancar. Aku bagai melihat indahnya dunia. Lebay, yaaa? Tapi ini beneran… Dari senyum itu mulai kutemukan inspirasi untuk menulis. Waktu ikut workshop literasi disampaikan. “Bahwa ide menulis itu bisa datang darimana saja”. Dan benar saja, kali ini ide itu kudapatkan dari senyumannya. Kadang senyum itu membuatku semangat. Kadang senyum itu membuatku bahagia. Dan kadang senyum itu juga membuatku tergoda. Mungkin ini yang namanya satu senyum sejuta rasa.
Dan yang selalu kuingat, entah kenapa senyuman istriku akan lebih merekah disaat tanggal muda dan akan mulai menguncup mendekati tanggal tua.
Inilah asyiknya menulis. Ketika bingung apa yang ingin ditulis. Kita bisa mencurahkan isi hati. Seharian ini aku belum menemukan ide apapun yang ingin kutulis. Jadi apa yang kurasa ya kutulis saja dan inilah hasilnya. Mungkin ini salah satu yang menjadi kekuatan dalam tulisan. Menulis dari ide mana saja dan mencurahkan apa yang dirasa.
Photo by Steve Johnson on Unsplash