Belajar Dari Sakit dan Kesulitan

Oleh: Siti Atikah (Atik)

Siapakah di antara kalian yang saat ini kondisi tubuhnya sedang tidak prima bahkan terbaring sakit? Atau mungkin justru orang kesayangan, misalnya orang tua, anak, adik, kakak, suami, atau istri yang sedang didera sakit? Jika ya, mungkin tulisan ini untuk kita. Sekadar berbagi beban dan rasa agar kita bisa berjuang bersama-sama melaluinya.

Sudah sejak satu hingga dua bulan terakhir ini bergantian saja anggota keluarga saya diuji dengan sakit, dari yang ringan hingga agak berat. Ayah, ibu, adik, dan anak-anak saya bergantian mengalami, demam, pusing, muntah, dan diare. Sementara saya hanya batuk sejak Ramadan tiba karena dipicu stress mengolah nilai untuk kelulusan siswa kelas 6 yang menjadi tugas saya sebagai guru di sekolah tempat saya mengajar. Nah, buat saya kalau batuk tanpa kelima kondisi yang saya sebutkan sebelumnya, saya menganggapnya tidak sakit, masih normal. Lah kok bisa? Karena tanpa kelima kondisi tersebut, meskipun batuk, aktivitas harian biasanya masih bisa lancar dilakukan. Setidaknya begitu yang saya alami. Terpapar Covid nggak? Insyaallah nggak. Kalaupun iya, insyaaAllah pulih. Itu yang saya yakini agar imun dalam diri nggak drop. It works for me.😇

Jadi begini. Sebulan lalu, siapa yang menduga kalau saat baru saja sampai di masjid, ayah saya tersandung ketika menaiki tangganya sehingga menyebabkan tulang bahunya copot dan patah. Belum ditangani bahunya, saat sampai di RS karena kebijakan perawatan sejak pandemi berlangsung, qadarullah hasil PCR ayah saya dinyatakan positif Covid-19. Karena  hal itulah Ayah harus dirawat selama 8 hari di rumah sakit plus dioperasi bahunya. Seminggu sebelumnya, adik saya yang demam sekitar 3 hari karena virus Roseolla dan hanya 3 hari itu saja ia mengalami keluhan. Belum lagi anak-anak dan ibu saya juga gantian aja tiba-tiba suka sumeng meskipun Alhamdulillah paling lama hanya berlangsung 1-2 hari. Setelah itu sehat lagi.

Kini, sejak dua hari terakhir saat saya menulis memoar ini, giliran anak-anak, ibu, dan adik saya yang mengalami muntah-muntah dan diare setelah mengkonsumsi roti dan kue kering yang dibawakan ayah anak-anak saya ketika berkunjung ke rumah. Yaaa, sudah sejak pandemi saya memang hanya mengizinkan mantan suami  berkunjung ke rumah untuk menemui anak-anaknya pasca perceraian kami. Oleh karenanya, setiap berkunjung ia suka membawa camilan untuk anak-anak. Nah, mungkin kali ini camilan yang dibawanya kurang fresh, tidak ada tanggal kadaluarsa dikemasan, sehingga menyebabkan lambung anak-anak, ibu, dan adik saya terganggu pasca mengkonsumsinya. Saya dan ayah saya aman karena sama sekali tidak mencicipinya.

Jujur, kadang terbesit rasa lelah di hati. Yaa Allah, kok, ya bolak-balik di rumah saya ada aja yang sakit? Biarpun saya Alhamdulillah tidak sakit, bahkan termasuk jarang ada keluhan sejak setahun terakhir, namun melihat kondisi di rumah sambil mengurus yang sedang sakit, lumayan agak membuat hati dan pikiran terganggu. Mengapa? Karena otomatis ketika ada yang sakit, pengeluaran pun membengkak dan kocek pun terkuras. Akhirnya, jatuhnya saya mengeluh pada Allah, muncul rasa khawatir, yang saya tahu seharusnya saya tidak boleh begitu. Astaghfirullahal ‘adziiim….

Kalau sudah begitu, saya kemudian berusaha mengeluarkan uneg-uneg saya dengan tujuan agar diri ini nggak kebablasan kufur nikmat. Biasanya kalau sudah tak tahan, saya curhat sambil menangis kepada mereka sahabat hati yang tak urung menampar sambil menopang hati saya untuk tetap realistis. Jika masih bisa saya tahan, biasanya cukup saya tumpahkan lewat jurnal pribadi agar tidak menjadi sampah yang menumpuk di hati. Jika sudah melakukan kedua hal tersebut, barulah biasanya saya yang imannya masih lemah ini ingat dan kembali tergugu di atas sajadah memohon ampunan Sang Kuasa karena bisa jadi kesulitan yang saya alami adalah buah dari dosa dan kelalaian saya. Astaghfirullahal ‘adziiim….

Sejatinya, sebagai seorang muslim, saya tahu bahwa di balik sakit dan kesulitan yang Allah berikan kepada hambaNya, pastilah ada hikmah dan kemudahan sesudahnya. Segala sesuatu di dunia ini sudah Allah ciptakan berpasang-pasangan. Bak dua sisi mata uang. Maka, memang manusia diuji kesabarannya melalui sakit atau kesulitan. Mampu nggak melaluinya? Nangkep nggak pelajarannya? Dijalanin nggak petunjuknya? Ikhlas nggak jalaninnya?

Seperti yang disebutkan dalam Q.S. Al-Insyirah: 5 – 8  yang berbunyi:

Maka sesungguhnya beserta kesulitan itu ada kemudahan.Sesungguhnya beserta kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain). Dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap.

Bahkan jika kita bersabar atas sakit yang tengah diderita, Insyaallah justru menjadi penggugur dosa – dosa kita, seperti sabda Rasulullah SAW sebagai berikut :

Tidaklah menimpa seorang mukmin rasa sakit yang terus menerus, kepayahan, penyakit, dan juga kesedihan, bahkan sampai kesusahan yang menyusahkannya, melainkan akan dihapuskan dengannya dosa-dosanya. (HR Muslim)

Sungguh, mengatakan dan mengetahui hal tersebut, sekilas tampak mudah. Namun, ketika mengalaminya secara pribadi derita yang tengah diemban, duuuuh Gusti… beraaaaat. Namun, bukan berarti tidak bisa dilalui. Allah mengingatkan hambanya yang beriman dalam Q.S. Al-Ashr hendaknya untuk saling mengingatkan satu sama lain dalam menaati kebenaran dan bersabar. Oleh karenanya, buat saya, agar sedikit ringan dan terang pikiran, maka nasihat atau bahkan tamparan dari orang-orang dekat sangat dibutuhkan. Begitupun saya berusaha menempatkan diri untuk bisa melakukan hal serupa kepada mereka ketika dibutuhkan. Saling mengisi. Saling mengingatkan.

Saat ini, dalam situasi gelombang pandemi yang masih belum menentu di negeri tercinta, bahu  membahu dan saling menguatkan sesama manusia untuk bisa melalui semua ini hingga berakhir adalah yang bisa kita lakukan. Umur manusia sudah Yang Kuasa tentukan. Sebagai makhluk-Nya, kita hanya perlu berusaha, berserah, dan bersyukur. Dalam kondisi apapun. Maka, yuk, buat kalian yang sedang sakit, atau lelah menunggui dan merawat para kesayangan yang sedang melawan sakitnya, mari kita refleksi bersama apa yang bisa kita jadikan pelajaran dari hal yang tengah menimpa. Lalu, ingatlah bahwa masa-masa sehat dan limpahan kemudahan kita jauh lebih lama kita rasakan daripada sakit dan kesulitan yang sedang dialami. Terakhir, jangan lupa bersedekah agar hati kita tenang dan dapat menyerahkan segala kecemasanan kita kepada Allah SWT. Semangatttt!!!!!!

14 Juli 2021

Hari ke-9, Lock Down Writing Challenge, Books4care, Kinaraya.com

#atikberbagikisah

IG : atikcantik07


Photo by Kelly Sikkema on Unsplash

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *