Bahasa isyarat biasa digunakan oleh para tuna rungu (tidak bisa mendengar). Karena tidak bisa mendengar, mereka jadi tidak bisa bicara. Karena tidak pernah memperoleh informasi melalui pendengaran tentang pengucapan.
Oleh karenanya, mereka mempunyai bahasa sendiri, yaitu bahasa isyarat. Bahasa isyarat adalah bahasa menggunakan gerak tangan dan ekspresi wajah.
Dulu pernah berkunjung ke panti asuhan khusus tuna rungu.
Untuk menjelaskan nama seseorang, bisa dengan gerakan tangan yang menunjukkan abjad. Jika sudah kenal agak dekat, cukup dengan menunjukkan ciri fisik orang yang dimaksud.
Waktu itu murid-murid tuna rungu untuk memberitahu bahwa gurunya sebentar lagi akan hadir di kelas, maka salah satu mereka cukup tunjukkan satu isyarat. Tidak perlu memberi isyarat abjad satu persatu.
Guru yang berkumis cukup diisyaratkan dengan genggaman tangan di bawah hidung. Untuk menunjukkan kumis tebal sang guru.
Ada dua bahasa isyarat di Indonesia. Pertama, bahasa isyarat yang bernama SIBI (Sistem Isyarat Bahasa Indonesia). SIBI adalah bahasa isyarat yang dibuat orang bisa mendengar untuk orang tuli.
Kedua, bahasa isyarat yang bernama BISINDO (Bahasa Isyarat Indonesia). Kalau yang ini buatan orang tuli.
SIBI ungkapan bertanya nama adalah siapa nama kamu?
Sedangkan BISINDO, ungkapannya adalah nama kamu siapa?
Di dalam SIBI ada imbuhan. Sedangkan BISINDO tidak menggunakan imbuhan.
Setelah belajar SIBI dari Fitri Leurima dan belajar BISINDO dari Amanda Farliany, saya punya kesimpulan.
Di samping perbedaan, ada juga persamaannya. SIBI dan BISINDO sama-sama menekankan pentingnya hafal bahasa isyarat dari sisi abjad.
Misal huruf S dalam SIBI adalah genggaman tangan dengan posisi ibu jari di depan telunjuk dan jari tengah. Dengan gerakan yang berbeda, bisa mewakili kata lain.
Bila genggaman seperti ini dan digerakkan ke kanan, maka huruf S itu artinya Senin.
Tapi bila gerakannya memutar, maka huruf S itu mewakili kata Suami.
Demikian pula kondisinya di BISINDO. Huruf L dalam BISINDO adalah persis seperti huruf L. Ibu jari ke arah kiri (dengan gunakan tangan kanan). Sementara di waktu yang sama, telunjuk menunjuk ke atas. Persis seperti huruf L.
Untuk menjelaskan kata “Lusa”, cukup menunjukkan isyarat huruf L, lalu tangan itu bergerak seperti orang menembak. Telunjuk mengarah ke depan dan ibu jari mengarah ke atas. Posisi ini memberi arti Lusa.
Untuk mengungkapkan kata Lucu dengan isyarat huruf L. Ibu jari kanan mengarah ke kiri dan telunjuk mengarah ke atas. Hanya saja jari telunjuknya digerak-gerakkan. Itulah ungkapan kata Lucu.
Sekarang lagi mengulang-ulang belajar bahasa isyarat BISINDO. Karena sebagaimana belajar bahasa lainnya, perlu diulang-ulang. Baik kosakata maupun ungkapan-ungkapan sederhana.
Saya memang perlu mengulang, karena terbukti ketika coba mengetes diri, saya lupa.
Perlu disiplin, rutin mengulang tiap hari. Lebih baik sih, harus ada lawan bicara dengan menggunakan bahasa isyarat. Saya gabung grup bahasa isyarat di Telegram dan berkenalan dengan seorang teman tuna rungu yang tinggal di Riau.
Tapi saya belum mencoba komunikasi dengannya gunakan bahasa isyarat.
Photo by Sincerely Media on Unsplash
Aiiiih sama. Saya juga setahun belakangan ini belajar bahasa isyarat lewat cover lagu aja tapinya. Hihihi sembari menyalurkan hobi nyanyi, seru aja bikin videonya pake bahasa isyarat. Tapi saya pelajari yang SIBI. kalau kamu punya bukunya, boleh dong di share ke saya ya.