Kita

Oleh: Agit Yunita

Hingga hari ini kita telah bersama selama 3.295 hari. Ya selama itu masa pengenalan kita. Tak ada habisnya untuk terus saling mengerti dan memahami. Karena pernikahan adalah perjalanan paling panjang dalam hidup. 

Tak pernah ada ucap romantis. Karena keromantisan tak hanya sekadar kata. Sejak awal bertemu, berkenalan, hingga kau meminangku. Tak ada kado manis yang pernah kau berikan. Namun setiap kau memetik gitar dan menghiburku. Aku tahu kau selalu ingin membuatku tersenyum. 

Kau memang tidak pernah memberi komentar untuk setiap buku yang kutulis. Namun kau selalu membiarkanku untuk terus menulis. Aku rasa itulah bentuk dukunganmu, atas segala cita-citaku. Dan aku akan berusaha untuk terus menulis dengan baik.

Usia yang terpaut jauh kadang menjadi keuntungan tersendiri bagiku. Jelas kaulah yang paling sabar menghadapiku. Namun kau juga perlu kau tahu, laki-laki adalah makhluk yang tak pernah berevolusi, maka kekanak-kanakanmu pun kadang membuatku gemas sendiri.

Tetapi bukankah pernikahan adalah sebuah penerimaan. Maka, dia yang sudah kau pilih dan memilihmu, terima saja. Kekurangan bukanlah penghapus segala kelebihannya. Dia adalah cerminan diri kita sendiri, maka apa yang ada di dalam dirinya adalah apa yang juga harus kita jaga dan selalu berusaha menjadi lebih baik lagi.

Dengan waktu selama itu, tak mungkin jika tak pernah ada pertengkaran di antara kita. Bahkan di saat awal-awal pernikahan, pertengkaran itu seakan terasa begitu akrab. Namun masing-masing dari kita sadar. Ini adalah jalan yang telah kita pilih. Maka tak pernah ada pilihan untuk mengakhiri. 

Pernikahan itu bukan hanya pertanggungjawaban kita kepada sesama manusia saja. Tetapi yang lebih utama adalah perjanjian sakral dengan Allah SWT. Kala pertengkaran itu terjadi. Berhenti adalah pilihan terbaik. Diam sejenak untuk kemudian saling memperbaiki diri. Berbicara lagi, dari hati ke hati dan saling memaafkan.

Ya, dalam pernikahan, kata maaf tak bolehlah habis. Bukan hanya untuk memaafkan pasangan kita. Tetapi juga untuk memaafkan diri sendiri. Menjadikan kita sadar, bahwa dalam sebuah pernikahan memberi dan menerima bukanlah sesuatu yang menyulitkan.

Dan yang selalu kuingat hingga saat ini. Setelah sekitar hampir tujuh tahun, dengan rela hati harus tinggal di desa kelahiranmu. Pernikahan bukanlah perkara hidup berdua saja. Banyak hal dari luar diri kita yang bisa mempengaruhi perjalanan ini. Akan ikut memberi warna baik itu hitam atau putih di tengah pelangi yang selalu menaungi kita. Jelas, karena dunia bukan milik kita berdua. Dan yang bisa kita lakukan, hanyalah bergandengan tangan untuk selalu saling menguatkan. Jangan sampai istana yang telah kita bangun selama ini runtuh hanya karena sentuh tangan orang lain. Biarkan mereka tetap menjadi penghias hari, bukan penentu alur cerita.

Sekali lagi, selamat merayakan Juli sakral kita. Setelah ini, pasti akan banyak lagi aral yang melintang. Namun aku yakin, kita pasti akan mampu melaluinya. Dan bahagia akan selalu menjadi penerang mahligai ini. 

Bantul, 12 Juli 2021


Photo by Gabby Orcutt on Unsplash

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *