Berjodoh dengan Sekolah Luar Biasa

Oleh: Dian Sulis Setiawati

“Mas ijinkan aku melamar pekerjaan, ya,” kataku pada suami.

“Terserah, lha melamar,” katanya.

Hmmm… kalau yang muncul masih kata terserah, pasti susah.

Beberapa kali aku ijin untuk melamar di beberapa sekolah selalu belum berhasil, hehe mungkin karena rida suami masih setengah hati.

Pertimbangannya adalah anak-anakku yang masih kecil dan masih masa ASI. Anak-anak kebetulan memang ada bakat alergi protein susu sapi jadi jika diberikan susu formula pasti timbul reaksi alergi. 

Malam itu aku ingat teman kuliahku yang sudah berkali-kali mengajakku bergabung di sekolah tempat dia mengajar menghubungiku. 

“Mbak, ayo. Gimana, mau ngajar di sekolahku?” Dia menawariku untuk kesekian kalinya. 

Saat itu aku bilang ke suami dan responnya kali ini membuatku tak percaya. Suamiku mengizinkan, tapi dia benar-benar meyakinkanku apakah aku sanggup mengajar anak-anak di sekolah luar biasa.

 “Insya Allah,” kataku mantap.

Setelah mengikuti tes tulis dan wawancara akhirnya aku diterima. Senang sekali akhirnya setelah hampir 5 tahun lulus kuliah sekarang aku benar-benar mengajar di sekolah. Ya, karena walaupun dirumah aku tetap mengajar les anak-anak SD. Ada lebih dari 20 siswa les, baik privat maupun kelompok yang belajar bersamaku. Mulai siang sampai malam.

Kebetulan di SLB banyak teman-teman kuliahku yang mengajar di sana, ada 5 guru yang sudah aku kenal karena satu almamater. Banyak yang bertanya mengapa aku memilih mengajar di sekolah luar biasa. Aku hanya tersenyum, dalam hati aku berkata, aku tidak memilih tapi Allah yang pilihkan untukku. Bismillah, aku meyakinkan diri untuk bisa.

Beberapa hari observasi di sana aku down sekali. Aku tak banyak bicara, hanya benar-benar mengamati. Aku mengamati mereka dari dekat dengan penuh pertanyaan. Ya Allah apa, mengapa dan bagaimana, banyak pertanyaan dalam hatiku dengan perasaan yang luar biasa berkecamuk. Seorang guru yang kebetulan temanku menangkap kegelisahanku saat aku ada di kelas yang dia pegang. 

Nyantai aja Bu, pelan-pelan nanti pasti mulai paham,” katanya dengan tenang. 

Aku hanya tersenyum sambil berusaha menenangkan hati. Ya Allah ada anak-anak spesial seperti mereka di sekitarku. 

Setiap hari aku bergantian masuk di kelas yang berbeda untuk bisa lebih memahami tiap anak. Karena kebetulan seorang guru berhalangan masuk aku membantu untuk mengajar di kelasnya tetap dengan arahan guru lain. Ada seorang anak dengan hambatan autisme yang suka sekali makan, tetapi setelah kita suapi bekal makanannya selang beberapa waktu pasti dia BAB. Itulah pertama kali memandikannya karena saat BAB pasti belepotan walaupun dia memakai pampers. Kumandikan anak cantik itu dengan air mata yang terus menggenang di mataku. 

Doaku, “Ya Rabb, Engkau perjalankan aku di tempat ini semoga engkau jadikan aku orang yang pandai mengambil pelajaran dan menjadikan aku manusia yang tidak lupa untuk selalu bersyukur atas nikmatMu.”

Bersambung


Photo by Yulia Matvienko on Unsplash

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *