33 Tahun Mencari Cinta

Oleh: Agit Yunita

Tak pernah ada kue ulang tahun. Tak pernah ada euforia untuk bertambah nya usia. Dari kecil memang begitu. Dan saat mulai dewasa, sudah tidak lagi terlalu peduli. Hanya sering menyendiri saja. Mengingat lagi, apa saja yang sudah dilalui dan didapatkan. Sudahkah mendapatkan cinta-Nya?

Ya selama kita hidup, bukankah hanya cinta dan kasihnya yang kita buru? Selalu ingin menjadi pribadi yang lebih baik lagi dan lagi. Saat masih dapat mengirup udara di pagi hari, itu berarti Allah masih memberi kesempatan kepada kita. Aku meyakini ini.

Tak mudah hingga berada di titik ini. Titik menerima dan menyerahkan segala urusan kepada sang Maha Pemilik Kehidupan. Tak lagi ngotot dengan segala keinginan yang akhirnya hanya berujung pada penyesalan. Karena kebanyakan, tak pernah kuimbangi dengan kemampuan yang baik, usaha yang keras. Namun kini, aku percaya apa yang sudah Allah gariskan adalah yang terbaik untukku. Seterjal apa pun jalan yang harus dilalui, dengan kekuatan dari-Nya, aku yakin mampu melewatinya.

Dulu, aku terlalu bebal untuk mau memahami bagaimana seharusnya menjalani kehidupan. Jika sedih melanda, aku akan melarutkan diri di dalamnya. Jika berhasil melakukan sesuatu, ada rasa bangga yang berlebih menguasai. Semua itu tak baik untukku.

Kini usiaku sudah kepala tiga. Mungkin memang tak semua yang kuinginkan sudah aku dapatkan. Namun aku ikhlas menjalani apa yang ada di depan mata. Melakukan yang terbaik. Ketika mimpi sudah kuwujudkan, aku tak pernah ingin berhenti mempelajari.

Lingkungan yang tak selalu ramah, membuatku sebisa mungkin bertahan. Mendewasakan diri dengan lebih menjaga ucapan serta perbuatan. Keadaan selalu mengajarkan lebih banyak daripada sekadar teori. Kita tidak bisa membuat semua orang menyukai diri kita. 

Mengejar cinta-Nya tak akan lepas dari bagaimana kadar ibadah kita. Dulu, saat aku masih muda, aku sadar ibadahku hanya sekadar harus. Bahkan terkadang aku meninggalkannya begitu saja, lalu beralasan sesuka hati. Tetapi Allah tak pernah sedikit pun meninggalkanku. Bahkan di saat aku jauh sekalipun.

Sungguh malu hati ini. Bagaimana mungkin aku akan terus berleha-leha sedangkan Dia tak berhenti memberikan kebaikannya. Aku ingin sepenuhnya, mendapatkan cinta dari-Nya. Hingga pada akhirnya aku menyadari, bahwa ibadah tak hanya sekadar harus tetapi juga butuh. Saat kita tak melakukannya atau meninggalkannya, maka akan selalu ada rasa kurang. Seperti dahaga yang tak kunjung reda sebelum meminum air. Aku berusaha untuk seperti itu.

Aku tak ingin perjalananku sampai detik ini hanyalah kesia-siaan belaka. Bukankah kita sendiri yang harus bertanggung jawab atas hidup yang kita jalani. Dan aku percaya, hidup adalah pilihan. Maka aku memilih untuk menjalani hidupku saat ini lebih baik dari yang lalu. Untuk kemudian kudapati hari esok yang lebih baik.

Bantul, 11 Juli 2021


Photo by Miha Arh on Unsplash

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *