Hai… Denis…
Apa kabarmu? Lama kita tidak bertemu. Semoga kamupun baik disana.
Jaded mencoba menyapa kembali Denis sahabatnya yang lama tidak dilihatnya gara-gara virus Corona. Sengaja dia tidak menelponnya, dia ingin Denis ketika merindukannya bisa kembali membaca sapaannya melalui tulisan surat elektronik itu.
Denis…
Corona benar-benar menguji ya..
Di kanan kiri banyak teriakan gelisah soal susah, nafkah dan PHK. Semuanya juga ikut membuatku serba salah, tangan ini ternyata belum terlalu lebar dan luas untuk banyak menyelesaikan berbagai masalah itu.
Ada si tukang jahit keliling yang mengadu susah menagih uang pada orang-orang kaya padahal dia tengah terhimpit banyak masalah ekonomi dan anak gadisnya kabur sudah 3 hari.
Ada anak muda bapak dua anak yg memelas perlu untuk beli beras, ada pebisnis yang biasa tertawa bercerita kinipun mulai menghindar ketika diajak bicara serius tentang piutang rekanan…ada ibu yang janda kebingungan melanjutkan hidupnya tanpa nafkah, ada yatim yang diwarisi harta namun ternyata susah mengelolanya kemudian tidak berkembang, dan ada banyak cerita lain yang hinggap memenuhi telinga dan membelalakkan mata hingga membuat hati ini remuk seperti diperas-peras.
Namun dua hari lalu aku senang sahabatku Flora seorang tenaga medis di Makkah mengabarkan dia baik-baik saja meski kondisi kini sangat silent. Begitupula chat hangat dari Vanessa di Italia yang masih baik-baik saja disaat kondisi negaranya telah chaos karena corona. Dua kabar ini mampu menorehkan bahagia dan melapangkan dada selain kabar singkatmu “better than yesterday” yang telah kuterima. Alhamdulillah….
Lalu apa kabarmu hari ini Denis? Kuharap ramadhanmu tetap berkesan meski sedang dalam beberapa keterbatasan. Aku yakin kamu bisa melewati ini dengan tenang dan sabar.
Aku tetap memikirkanmu karena sudah menjadi kebiasaanku memikirkan orang-orang yang telah berada dalam lingkar ‘klik’-ku. Aku tidak peduli kamu masih suka atau tidak dengan kebiasaanku. Toh memang sejak datang Corona berbagai interaksi banyak terpangkas dan terbatas. Doaku hanya jangan sampai kebaikan-kebaikan terlepas. Betullah katamu kita pasti akan merasa kehilangan sesuatu ketika telah menemukan sosok sejati yang mengerti lalu dia terasa pergi. Aku sedang merasakan itu….
By the way... terima kasih telah hinggap menginspirasi. Kamu sudah tidak pernah menanyakanku. Tentu aku malu untuk membebanimu dengan ceritaku. Aku paham kondisimu juga lagi terbatas. Tapi kali ini aku sangat ingin bercerita. Tidak mengapa ya?
Kamu tenang dan pintar dalam menganalisis sesuatu jadi aku ingin tertular kebaikanmu, belum lagi pecutan-pecutan akan karya-karya yang tentu akan membuat rindu.
Pasti kamu juga punya cerita dan kegelisahan yang sama karena Corona… karena aku hafal kebiasaanmu juga rajin membantu.
Terkadang kita sering kesal dengan keadan diri sendiri ya…. syukur itu memang muda diucap tapi perlu terus belajar untuk bisa diterapkan.
Denis… jika matahari masih bisa kau lihat dan rasakan, aku pastikan sakitmu akan segera hilang, jiwamu pun akan kembali riang.
Semoga, ya! Insya Allah