Tutupi Aibmu, Tenangkan Pikiranmu

Oleh: Delfitria

Tentu  saja tulisan ini bukan untuk membahas aib-aibku yang pernah ada di masa lalu. Tentu saja tulisan ini juga bukan untuk menyalahkan aib-aib Anda. Tulisan ini berisi tilikan dari ceramah yang pernah ku dengar di masa lalu, dan sangat ku ingat hingga sekarang.

Ceramah dari seorang ustadz yang ku temukan secara tidak sengaja di Youtub. Ada satu tilikan dari ceramahnya terkait seseorang yang memiliki aib dan dosa. Ceramah yang menenangkan. Ceramah yang membuatku selalu punya alasan untuk selalu berubah menjadi lebih baik ke depannya.

Saat sebuah video mendadak muncul di beranda, terkadang kita berpikir, “Apakah ini hidayah?” “Apakah Tuhan sedang mengajakku berbicara melalui Youtube?” dan pertanyaan-pertanyaan lainnya yang sontak membuatku berdegub.

Well, saat itu judul videonya seperti judul tulisan ini. Tepat hadir setelah aku berbuat sebuah dosa yang sangat ku sesali, aib yang perlu ku tutupi bahkan tidak boleh diketahui oleh satu syaitan pun di muka bumi. Perasaan bersalah (guilty) atau berdosa tidak selalu mengarahkan individu untuk berubah. Ada yang akhirnya malah semakin jauh dari kondisi  ‘berubah’ itu sendiri.

Kamu tim mana, tim yang semakin jauh atau semakin dekat dengan perubahan ketika melakukan kesalahan?

Well, tentu tidak mudah mengalahkan perasaan bersalah yang kita miliki. Syaitan pun senang ketika tahu ada manusia yang dekat dengan perasaan bersalah. Perasaan bersalah menunjukkan bahwa manusia itu lemah, tidak punya pegangan, bahkan rapuh.

Seorang temanku pernah bilang, “Syaitan itu suka ketika ada manusia yang tidak mau berubah karena merasa tak pantas diampuni.” Kita mudah sekali merasa tidak pantas untuk dinilai baik oleh orang lain bahkan merasa tidak pantas untuk diampuni.

Perasaan-perasaan itu adalah ekspresi dari emosi negative yang kita rasakan saat melakukan kesalahan. Emosi yang sifatnya hanya sesaat justru membentuk perilaku kita ke depannya. Tapi pernah gak sih berpikir kalau ketidakinginan untuk berubahan hanyalah emosi sehingga tak perlu dituruti?

“Tutupilah aibumu, tenangkan pikiranmu!” adalah kalimat yang mengajak kita untuk melakukan refleksi bahwa tidak ada satu pun manusia di muka bumi ini yang punya hak untuk mengetahui aib kita. Dalam ceramah tersebut mengisahkan tentang perzinahan yang dilakukan oleh seseorang dan mengaku di hadapan Rasulullah,

Rasulullah yang memalingkan wajah saat itu hanya meminta orang tersebut seakan-akan untuk menahan ceritanya. Mengisyaratkan bahwa hal-hal seperti itu tidak seharusnya dibahas kepada orang lain. Orang tersebut tidak diusir melainkan diminta untuk bertaubat dan menutupi kesalahannya.

Memang, perasaan bersalah seharusnya menjadi alasan yang kuat bagi kita untuk merasa malu jika tidak bertaubat. Di sisa umur yang ada, seseorang diminta untuk mengisinya dengan pertaubatan dan pengampunan. Semoga Allah mengizinkan kita ‘menambal’ semua aib dan kesalahan tersebut.


Photo by Jared Rice on Unsplash

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *