Oleh: Hendra Desdyanto
Pulang kerja kubuka pintu. Bayi mungil tertidur pulas. Kain bergambar winnie the pooh menyelimutinya. Di sampingnya terlihat perempuan menyandarkan badannya ke tembok. Dialah istriku. Kuhampiri. Terlihat dia habis menangis.
“Sayang kenapa?” tanyaku sambil memeluknya. Dia tidak menjawab, hanya pelukan tambah erat yang kurasa. “Sayang kenapa?” tanyaku lagi.
Mungkin pada saat itu Allah menunjukkan kasih sayang-Nya dengan menguji kami. Allah ingin kami kuat, kami bertahan, atau Allah ingin kami lulus dengan predikat hamba yang bersyukur.
“Aku bingung. Uang kita tinggal lima ribu, sedangkan kebutuhan masih banyak yang belum dibeli,” ucapnya.
“Gak usah bingung. Kita masih punya Allah yang Maha Kaya, sekarang kita makan yang ada dulu” aku berusaha menghibur.
“Allah sudah begitu baik dengan kita. Kita dikasih anak yang sehat, rumah tangga kita tidak pernah ada masalah yang berarti. Kamu masih ingat sangat kita mencari kontrakkan? Allah langsung menjawab doa kita. Menghadirkan orang baik yang menawarkan rumahnya untuk kita tempati. Sehingga kita bisa menempati rumah ini tanpa mengeluarkan uang setiap tahunnya. Saat ini kita harus pandai-pandai melihat sisi nikmatnya agar tetap bersyukur.” aku berusaha menguatkan dia
Ya Allah… Tolong bahagiakanku istriku. Tolong buat kondisi kami lebih baik lagi. Dia rela meninggalkan keluarganya demi aku. Dia rela tinggal jauh dengan ayah dan ibunya demi tinggal bersamaku. Rela melepaskan kebahagiaannya. Malah denganku dia menderita. Dalam hati aku merasa bersalah.
Esoknya aku mencari pinjaman. Untuk memenuhi kebutuhan, setiap bulannya pinjam uang teman. Bulan ini pinjam si A, bulan depan pinjam si B untuk dikembalikan ke si A. bulan berikutnya pinjam ke si A lagi untuk dikembalikan ke si B. Kalau sudah sering pinjam si A dan si B, bulan berikutnya pinjam ke si C. Begitu terus sampai keadaan ekonomi kami membaik. Sampai terkadang aku malu sama temanku
“Alhamdulillah kita dapat pinjaman,” sambil kuserahkan uangnya pada istriku.
“Sabar ya sayang, maaf membuat hidup kamu seperti ini.”
“Seperti ini gimana? Aku bahagia ko,” balasnya sambil tersenyum manis
Ya Allah… beruntung banget aku, batinku
“Aku yakin ko sayang, suatu hari nanti hidup kita pasti bisa lebih baik lagi dari ini. mungkin saat ini Allah menyuruh kita untuk bersabar dulu. Kita harus bersyukur lho sayang! Allah menguji kita dengan ekonomi. Tidak dengan kesehatan atau pasangan. Bisa jadi saat ini, ini yang terbaik buat kita. Kan Allah gak mungkin ngasih cobaan diluar batas kemampuan hamba-Nya. Yang penting kita saling menguatkan dan saling mengingatkan.” lanjutnya menghibur biar aku tidak merasa bersalah.
“Makasih ya sayang. Aku ingin mencintaimu sampai surga, karena di dunia saja tidaklah cukup untuk kita bisa hidup bersama.” Eeeeeemmmuuuahhhhh… kucium keningnya