Oleh Etika Aisya Avicenna
Keluarga adalah tempat paling nyaman untuk berlama-lama menghabiskan sisa usia. Tak sekadar menghadirkan cinta dan kehangatan, tapi saat bersama menjadi tempat untuk saling menguatkan.
Salah satu momen paling menyenangkan bersama keluarga adalah ketika makan bersama. Apalagi di momen tertentu seperti sahur atau berbuka puasa di bulan Ramadan. Selalu ada cerita-cerita lucu yang Babe sajikan sambil menyantap hidangan lezat buatan Ibuk.
Salah satu makanan favorit keluarga saat saya masih kecil adalah uwi rebus. Uwi adalah salah satu jenis umbi-umbian yang banyak tumbuh di Wonogiri, kota kelahiran saya. Kata Norma, saudari kembar saya yang seorang Sarjana Biologi, nama latin uwi adalah Dioscorea alata. Banyak orang yang berkata bahwa uwi itu gembili, tapi kata Norma mereka memang satu famili tapi beda spesies. Bentuknya berbeda dan ukuran juga lebih besar uwi.
Uwi merupakan jenis tanaman rambat yang ukurannya cukup besar dibanding ketela pohon. Bahkan pada Agustus 2013 saat ada Pameran Produk Unggulan Desa Kecamatan Kismantoro Wonogiri ada uwi raksasa sepanjang 2,8 meter yang dinobatkan sebagai uwi terpanjang di dunia. Meski sebenarnya uwi dapat memiliki panjang lebih dari itu.
Sewaktu saya masih kecil, ada beberapa uwi yang tumbuh subur di kebun belakang rumah. Babe yang menanamnya. Menanam uwi sangat mudah, hanya ditimbun saja di dalam tanah kemudian rutin disiram. Ketika uwi sudah tumbuh besar dan siap dikonsumsi, Babe mengambilnya dengan bantuan linggis. Batang besi berujung tajam itu dipakai untuk menggali tanah di sekeliling uwi yang sebagian tertanam di dalam tanah.
Setelah itu uwi dikupas dan dikukus oleh Ibuk. Hmm, umbi berwarna putih dan bertekstur lembut setelah dikukus itu kaya akan karbohidrat. Kata Babe, pada zaman penjajahan dahulu, kebanyakan penduduk mengonsumsi umbi-umbian sebagai pengganti nasi. Salah satunya uwi ini. Dengan kandungan karbohidrat ini, tentu setelah mengonsumsinya perut akan terasa kenyang.
Selain itu, uwi juga mengandung provitamin A, vitamin C, dan protein sehingga uwi sangat bermanfaat untuk kesehatan. Uwi sangat cosok dikonsumsi oleh penderita diabetes dan bisa juga untuk menurunkan kadar kolesterol dalam darah.
Sebenarnya uwi rebus bisa dimakan langsung tanpa campuran lain karena rasanya sudah gurih. Tapi saya dan Norma biasa menikmatinya dengan taburan gula pasir. Uwi yang rasanya sudah gurih, ketika diaduk dengan gula pasir, hmm… makin nyummy!
Meski sudah banyak camilan kekinian di Wonogiri, tapi uwi masih eksis juga untuk dinikmati sampai saat ini. Biasanya kami menyantap sepiring uwi rebus di teras rumah sambil bercengkerama. Tak lupa ditemani teh manis hangat juga. Babe tak pernah kehabisan cerita untuk disampaikan pada kami. Terlebih ketika sudah membahas aneka kisah lucu beliau di masa kecilnya. Keceriaan masa kecil bersama keluarga sambil menikmati kehangatan sepiring uwi rebus akan selalu menjadi kenangan tak terlupa.
Etika Aisya Avicenna
Terlahir kembar pada 2 Februari. Saat ini berprofesi sebagai statistisi (ASN). Senang membaca, menulis, jualan online di @supertwinshop, dan jalan-jalan. Ada puluhan karya anggota FLP DKI Jakarta ini yang sudah diterbitkan baik solo, duet, maupun antologi, seperti: “The Secret of Shalihah”, “Diary Ramadhan”, “Dongeng Nyentrik Alesha”, dan lainnya. IG: @aisyaavicenna
Gambar koleksi pribadi penulis