Kegemaran yang Diwariskan

Ayah gemar membaca sejak dapat hadiah buku dari kakaknya. Itu terjadi waktu ayah masih kecil. Ceritanya menarik sekali. Cerita tentang seorang anak yang bernama si Nasib. Dia berpisah dengan ibu bapaknya yang telah bercerai.

Di saat dewasa, si Nasib mempunyai asisten rumah tangga {ART) dan tukang kebun. Ternyata ART itu adalah ibu si Nasib dan tukang kebun itu adalah ayahnya.

Si Nasib bertemu dengan seorang wanita yang akhirnya menjadi istrinya. Belakang usut punya usut, wanita itu adalah tetangga si Nasib di kampung.

Entah bagaimana sampai mereka semua tidak bisa saling mengenal. Begitu kelihaian penulisnya.

Cerita inilah yang membuat ayah jadi gemar membaca.

Benar kata Paul Jennings dalam bukunya Agar Anak Anda Tertular Virus Membaca. Dalam buku ini, Paul mengatakan bahwa dosa besar penulis buku anak adalah membuat buku yang membosankan anak.

Pengertian sebaliknya adalah pahala besar bagi penulis buku anak yang membuat anak jadi gemar membaca.

Waktu kecil, ayah juga membaca cerita Sebatang Kara. Cerita anak sebatang kara bernama Remy yang ikut dengan bapak tua, binatang anjing’, kera dalam sirkus keliling. 

Sebatang Kara merupakan cerita terjemahan dari Nobody’s Boy karya Hector Malot ini juga termasuk cerita yang begitu ‘menyihir’ ayah.

Begitu hidup di luar negeri, kegemarannya tidak hilang. Ayah mau tidak membaca buku-buku, utamanya novel berbahasa Inggris. 

Kegemarannya membaca ini ditularkan pada anak-anaknya. Kami berlangganan majalah Bobo. Di majalah inilah, saya tertarik dengan cergam bersambung Deni Manusia Ikan. 

Di majalah yang sama ini pun, saya membaca cergam bersambung Sebatang Kara. Sedih rasanya membaca cergam ini.

Selain itu, ayah sering mengajak kami ke toko buku. Dari sinilah saya jadi kenal novel Sapta Siaga dan Lima Sekawan. 

Dua novel ini benar-benar membuat saya menjadi tersihir membaca. Selalu menantikan seri berikutnya dari 2 novel di atas. 

Rasa penasaran ini membuat kami jadi sering ke toko buku.

Bersama berjalannya waktu, ketika sudah punya gaji, setiap bulan saya membeli buku.

Sementara ayah ketika masa tuanya, masih update novel-novel terbaru. Ayah paling suka dengan novel karya Tere Liye. Setiap ada novel baru Tere Liye, ayah minta dibelikan.

Setelah penglihatannya sudah tidak maksimal lagi ayah minta dibacakan novel-novel yang dibelinya.

Novel Pulang-nya Tere Liye, Ayat-ayat Cinta 2 nya kang Abik, saya bacakan secara bertahap hingga selesai.

Yang paling menarik, saya membeli novel Nobody’s Boy-nya Hector Malot alias Sebatang Kara. 

Saya membacakannya untuk ayah. Bayangkan teman-teman, ayah pernah membaca cerita ini di masa kecilnya. Saya juga telah membacanya di waktu kecil. 

Kemudian saya membacakannya untuk ayah di masa tuanya.

Membaca di saat dewasa, saya jadi punya penilaian terhadap novel Nobody’s Boy-nya Hector Malot ini. Kisahnya ada kemiripan dengan kisahnya  nabi Yusuf.

Sama-sama berpisah dengan orang tua kandung. Sama-sama dipungut orang jadi anak. Remy dan Nabi Yusuf sama-sama diuji dengan orang tua angkatnya. Di akhir cerita, Remy dan Nabi Yusuf kembali bertemu dengan orang tua kandungnya.

Terima kasih Allah yang telah menganugerahkan orang tua yang mewariskan kegemarannya membaca.


Photo by Picsea on Unsplash

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *