Jerawat Pertama

Oleh Tyasya

Masa remaja adalah masa yang menyenangkan. Betul tidak? Pasti kalian punya kenangan yang indah. Eh bisa jadi juga ada yang tidak mengenakkan. 😬 Yah, apapun itu pastinya punya sisi baik. Setuju, ya? Dulu, sewaktu SD sampai SMP aku tidak kenal yang namanya bedak. Beneran, deh. Aku tuh, sukanya berkreasi dengan rambut saja. Entah diikat biasa, kepang. Yah, semacam itu.

Masa SMP, aku mulai melirik yang namanya bedak dan cologne. Melihat kakakku pakai, aku tertarik ikut memakainya. Tentu saja nebeng punya kakak. Ha-ha-ha. Kadang juga ngintip punya Ibu, karena beliau memang perias pengantin. Akan tetapi, untuk pakai kosmetik Ibu aku masih belum berani, karena peruntukannya tidak cocok untukku.

Namanya ABG ya alias Anak Baru Gede, hal baru pasti membuat jadi penasaran. Apapun itu. Ngaku tidak? Sudah mengenal bedak dan cologne, saat SMA aku mulai tergoda iklan. Namanya nonton televisi setiap hari. Ditambah dengan bahasa iklan yang pastinya sering membuat kita merasa wajib membeli suatu produk. Iya, kan? Hayo ngaku!

Sama kok, aku juga dulu gitu. Awalnya wajah ini mulus tiada goresan. Ehem. Yah, pokoknya tidak ada masalah di wajah. Kemudian, suatu hari pada saat menonton televisi kulihat iklan sabun pencuci muka anti jerawat. Radar tergoda mulai muncul. Hanya saja beli di mana ya? Di desa mana ada. Ya sudah sabar dulu, nunggu Ibu ngajak ke kota. Nanti aku mau minta dibeliin.

Saatnya pun tiba. Hari ini, Ibu mengajakku ke swalayan di kota. Belanja kebutuhan harian. Nggak sering Ibu begini, biasanya langganan warung yang ada di desa. Nah, mumpung ada kesempatan, aku bilang ke Ibu.

“Bu, kemarin Tya nonton iklan. Ada sabun cuci muka yang lagi hits Bu. Anti jerawat. Nah mantap kan, Bu. Muka anak Ibu nanti makin mulus deh sampai nyamuk aja kepleset kalau mau gigit.”

“Ada-ada saja kamu, Nduk. Wajahmu itu udah imut. Ndak perlu pakai yang begitu juga mulus,” jawab Ibu.

“Boleh ya, Bu. Please?” pintaku lagi.

Akhirnya setelah melihat muka memelasku, Ibu luluh juga. Aku dibelikan sabun cuci muka itu. Yes! 

Sehari dua hari pakai, tidak ada masalah. Wajahku masih mulus-mulus saja. Hingga pada suatu pagi yang sunyi dan tidak wangi karena belum mandi, aku merasa ada yang salah dengan wajahku. Terasa ngilu dan nyeri. Maka berkacalah aku di cermin yang ada di kamar mandi. Eh, apa itu yang merah-merah? Kupencet dan terasa sakit. Tiba-tiba aku teringat iklan. Oh tidaaaaakkkk! Kenapa ada jerawat di wajahku?

“Ibuuuuuuu.”

“Kenapa to, Nduk. Kok teriak-teriak dari kamar mandi?” tanya Ibu.

“Hiks. Hiks. Ada jerawat nih, Bu.” Aku mengadu kepada Ibu.

“Makanya, ndak usah pakai ini itu kemakan iklan. Udah itu jangan dipakai lagi. Cuci mukanya pakai sabun bayi aja,” kata Ibu.

Aku mengangguk pelan. Duh, tidak lagi-lagi deh. Asal pakai produk gara-gara iklan. Jadi jerawatan deh wajahku yang tadinya mulus.


Photo by Alexandru Zdrobău on Unsplash

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *