Lisa Adhrianti
Hai, kamu!
Kamu yang datang tanpa dinanti
Kamu yang membebani hati
Kamu yang tak kuasa dihenti
Kamu yang terkadang pergi lalu kemudian datang lagi
Kamu yang melukis mimpi
Kamu yang menyertai hari-hari
Kamu yang mengamati dalam sepi
Kamu yang menggenggam jemari ini lalu melepas lagi
Kamu yang menikmati namun tidak memberi ketetapan pasti
Ya…kamu seorang lelaki yang belum bisa aku mengerti tentang isi bisikan hati yang terpatri
Karena kamu tengah membersamai tanpa janji…
Ya kamu yang tidak pasti namun tidak mau kulepas pergi
Karena aku meyakini dengan tanpa Janji, Tuhan yang akan menepati, menggenapi dan terus menghinggapi mencapai abadi.
Kamu yang tanpa janji membuatku mampu memastikan bahwa tidak ada yang ditutupi.
Kamu yang tanpa janji juga memastikan segala sesuatu tetap bersemi.
Kamu yang tanpa janji itu ibarat matahari
Ya…setidaknya kamu telah menerangi
Kamu bagai lantunan suci dalam aneka duri yang telah aku temui.
Tetaplah disini meski tanpa janji….
Molin mendadak menjadi pujangga ketika dia menuliskan puisi di atas. Dia perempuan belia yang cuek dan pernah menyatakan tidak akan pernah jatuh cinta lagi sejak tragedi putus cinta dua tahun lalu itu begitu menyisakan luka yang amat dalam baginya.
Jaka yang sekian lama menemani dan menghujankan banyak keromantisan dan kepedulian kepadanya tiba-tiba menghilang bagai siluman yang mencabik-cabik hati Molin. Hari-harinya berderai air mata, berbagai cara dilakukan untuk mencari dan memastikan Jaka kala itu namun semunya nihil hingga Molin menerima kabara bahwa Jaka telah bahagia bersama Anna sang wanita yang meencurinya dari Molin.
Sejak saat itu Molin berusaha tidak ingin bersahabat dengan kata cinta. Semua tawaran pertemanan lawan jenis ditolaknya, semua yang berhubungan dengan keromantisan di halaunya. Molin tidak ingin kecewa lagi.
“Lin…ini keren loh, good looking dan smart!” bujuk Ayya mempromosikan seorang laki-laki untuk Molin..
“Ah nggak…berenti deh nyodor-nyodorin laki-laki ke gue…ganteng-ganteng tar PHP terus pergi deh, ogah gua!” sungut Molin.
“Ayolaah Lin…Pleaseee…move on dong…buka hati loe lagi!”
“Loe ga perlu repot-repot Ya…gue udah cukup jalani hari-hari gue seperti sekarang”
“Loe masih muda Lin, loe cantik, berpendidikan, smart…semuanya deeeh…sayang amat jomblo melulu! Emang ga pengen sebarin undangan apah” Ayya kesal dengan sahaabatnya itu.
“Nggak! Gue belom mau! Titik!
Molin memang tidak pernah lagi ingin melayani segala sesuatu yang berbau cinta..hingga dia akhirnya kena batunya dan kemudian kembali menemukan sosok yang dikaguminya.
Ya…Maulana membuat Molin terkesima..
Perawakannya cool dan pintar berbicara, kharismatik dan asik diajak ngobrol santai.
Molin begitu takjud dengan Maulana…dan tidak ada yang mengetahui isi hati Molin sebenarnya….
Biar aku memikul beban hati tanpa janji ini bisik suara kalbunya…
-selesai-
Photo by Bart LaRue on Unsplash