Belum Setengah Jalan

Oleh Hendra Desdyanto

 Kisah John Stephen Akhwari membuatku mengerti tentang arti kesuksesan. Saat pertandingan lari maraton di Olimpiade Meksiko tahun 1968 sedang berlangsung, dia mengalami cedera. Jangankan untuk berhenti dan keluar dari pertandingan, dia tak ragu tetap melanjutkan pertandingan. Meski dengan kaki dibebat dan terus berlari tertatih-tatih. Kilometer demi kilometer dia tempuh sampai hari mulai malam. Meskipun medali sudah diserahkan kepada para juara dan pertandingan dinyatakan sudah selesai. Dia tetap melanjutkan dengan disaksikan penonton yang masih tersisa. Diiringi suara gemuruh dan tepuk tangan serta disorot kamera televisi, John Stephen Akhwari akhirnya mencapai garis finis. 

 Saat wartawan bertanya mengapa dia tidak menghentikan pertandingan, John Stephen Akhwari menjawab: “ Negara saya tidak mengirim saya terbang sejauh 5.000 mil untuk memulai pertandingan. Negara saya mengirim saya terbang sejauh 5.000 mil untuk menyelesaikan pertandingan.” Meskipun John Stephen Akhwari tidak memperoleh medali, bagiku dia pelari yang sukses karena dia dapat menyelesaikan pertandingan dengan sangat baik. Bahkan berkat perjuangannya itu, negaranya menganugerahi dia penghargaan “ National Hero Medal of Honor” dan diundang sebagai tamu kehormatan pada Olimpiade Sydney 2000 dan Olimpiade Beijing 2008. Bertahun-tahun semangat juangnya menginspirasi banyak orang sampai sekarang. 

Dari kisah ini aku dapat belajar untuk melangkah menuju kesuksesan, sikap dan mental yang kuat sangat diperlukan. Untuk itu dari hanya lulusan SMA, kuberanikan diri untuk menjadi sarjana. Tahun 2009 tahap demi tahap mulai kujalani. Mendaftar ke perguruan tinggi hingga prosesi wisuda kuikuti. 

Aktivitas sehari-hari mulai berubah. Pagi dan malam jualan pulsa, bensin, dan rental playstation, siang pergi kuliah. Tapi bagiku itu bukan masalah, yang penting kita pandai menyesuaian diri terhadap perubahan. Ibarat kata, bukan yang kuat yang bertahan, melainkan yang pandai beradaptasi dengan perubahan.  

Pendapatan berangsur-angsur mulai berkurang. Biasa perbulan memperoleh pendapatan kurang lebih tiga juta berubah tidak ada setengahnya. Sekali lagi ini bukan masalah karena yang menjadi masalah adalah aku sudah merasa nyaman sehingga aku enggan berubah. Ini juga sudah menjadi resiko dari pilihan yang kuambil. Dan yang menjadi motivasiku adalah aku tidak ingin berada ditingkatan yang sama dengan orang tuaku. Kalau ayahku sopir dan ibuku penjual nasi. Aku harus berada ditingkatan yang lebih tinggi.

Empat tahun berlalu, akhirnya aku mendapat gelar sarjana. Akupun juga sudah menjadi guru karena pada saat kuliah aku mengambil jurusan PGSD. Kalau tak ingat-ingat, berawal dari seorang kuli berubah menjadi guru. Biasa melayani orang sekarang melayani siswa. Bahasa kerennya sekarang aku bisa ikut berparsipsi dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan ada kebanggaan disana.

Andai saat itu aku merasa nyaman dengan pendapatan kurang lebih tiga juta maka gelar sarjana dan profesi guru tidak akan aku terima. 

Dari semua yang kulakukan dan yang kuraih saat itu apakah aku sudah bisa dibilang sukses? Kurasa belum karena aku belum menyelesaikan perjalanan dan belum setengah jalan.


Photo by Ivana Cajina on Unsplash

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *