Karena Esok adalah Misteri

Oleh: Anby

Sore ini, (tahun dimana pandemi belum melanda bumi) sekolah mengadakan acara buka bersama di rumah salah satu guru. Namun paginya sebelum acara buka bersama diadakan, tiba-tiba grup menjadi cukup ramai karna pesan dari salah satu teman kita. Kufikir mereka sedang membicarakan bagaimana agenda buka bersama nanti sore, hingga grup itupun tak kubuka hingga siang menjelang.

Setelah waktu cukup senggang untuk menilik berita apa saja yang sedang ramai dibicarakan di grup chat, akupun melihatnya. Dan ternyata, apa yang terjadi sangat jauh dari apa yang aku bayangkan. Karna bukan tentang ramainnya acara buka bersama nanti, melainkan kabar duka. kabar yang tak pernah kita bayangkan akan ia sampaikan kepada kita secepat ini.

Ayah dari salah satu teman kita berpulang kepada-Nya. Tak ada yang menyangka ini semua akan menimpanya secepat itu. Mengingat ayahnya masih sehat wal afiyat  akhir-akhir ini.

Segera aku menelpon teman yang belum bertakziah. Dan tanpa fikir panjang kitapun langsung meluncur ke rumah duka. Sesampainya disana, ayahnya sudah dikebumikan, namun suasana duka masih menyelimuti rumah Ika temanku itu.

Belum sempat kita memulai obrolan, Ika sudah meneteskan air matanya saat duduk di depan kita. Tanpa canggung kitapun langsung memeluknya. Kami membiarkannya larut dengan rasa yang ia rasakan saat ini.

Setelah agak lega iapun memulai obrolan. “Terimakasih ya sudah datang”. 

Kitapun mengangguk sambil tersenyum dihadapannya.

“Aku tak menyangka ayah akan pergi secepat ini. Kemarin, ia masih sangat bersemangat menelvon kakakku yang diperantauan untuk pulang lebih awal agar bisa buka bersama di ramadhan ini, namun ternyata pagi ini ia meninggalkan kita tanpa pamit karna serangan jantungnya”.

Mendengar ceritanya, aku langsung teringat ayahku yang ada di rumah, ia juga kerap mengharapkan anak-anaknya berkumpul di rumah untuk buka puasa bersama. 

Esok adalah sebuah misteri yang tak bisa kita ketahui. Selain mengingat akan ayahku, akupun merinding membayangkan bahwa akupun tak tau kapan aku akan dipanggil oleh-Nya. Bisa jadi ini adalah ramadhan terakhirku. Ramdhan yang belum sempat aku isi dengan ibadah ibadah yang belum maksimal aku dirikan, kebaikan kebaikan yang belum sempat aku realisasikan.

Mari maksimalkan tanpa menunggu, karna kita tak pernah tau hari esok akan benar benar tiba menghampiri kita, atau malah membawa kita ke kehidupan lain, dimana kehidupan yang lebih kekal dari Dunia yang fana ini. Jangan sampai kita menyesali apa yg kita lakukan di dunia ini ketika kita sudah berada di akhirat nanti, karna menangis pun nanti tak akan ada gunanya lagi bagi  kita.


Siti Ambiah

Seorang guru yang memiliki hobi membaca novel dan terinspirasi untuk membuat novel yang menginspirasi dikemudian hari. Saat ini sedang penulis sedang berlatih menulis dengan mengikuti beberapa lomba dan challenge tentang kepenulisan. Pada tahun 2019, mengikuti tantangan “14 days writing challenge” yang diselenggarakan oleh Books4are dan menjadi salah satu penulis dalam buku antologi “who are you” yang diterbitkan oleh Ellunar tahun 2020.

Selain itu penulis juga sedang belajar melalui organisasi kepenulisan Forum lingkar pena untuk menambah girah dan semngat dalam menulis.


Photo by Johannes Plenio on Unsplash

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *