Jika Aku Tak Dapat Menemuimu Lagi

Oleh: Ristanti Anistiya

Setiap habis Ramadhan
Hamba rindu lagi Ramadhan
Saat-saat padat beribadah
Tak terhingga nilai mahalnya

Setiap habis Ramadhan
Hamba cemas kalau tak sampai
Umur hamba di tahun depan
Berilah hamba kesempatan

Setiap habis Ramadhan
Rindu hamba tak pernah menghilang
Mohon tambah umur setahun lagi
Berilah hamba kesempatan

Bahkan sejak usia belia, kalbuku selalu tersentuh dalam dan sulit untuk menahan perasaan sedih yang campur baur saat mendengar lagu karya Taufiq Ismail yang disenandungkan oleh Bimbo yang sarat makna ini. Semua yang kurasakan menjelang akhir bulan Ramadhan telah terwakili dengan sempurna dalam setiap baris lirik dalam lagu yang mengekspresikan batin seorang hamba yang rindu dan cemas ketika harus berpisah dengan Ramadhan. Dan aku yakin banyak yang lain merasakan hal yang sama.

Ramadhan tahun ini kembali datang menjelang, dan aku masih terkesima dengan masa yang berlari begitu kencang. Ramadhan terasa cepat mengalir, hari demi hari, pekan demi pekan berlalu dan akhirnya terbingkai dalam waktu sebulan penuh tanpa terasa. Serasa baru saja Ramadhan dan Syawal usai setahun yang lalu, dan kini sudah akan berakhir lagi. Demikianlah gambaran perjalanan waktu di akhir  zaman, seminggu dirasakan bagai sehari, sehari bagai sejam dan sejam serasa bagai semenit.

Ramadhan merupakan kabar gembira dan hadiah istimewa bentuk cinta kasih Allah untuk umat Muslim. Bulan yang dipenuhi dengan keberkahan, semangat melakukan kebaikan dan menjauhi keburukan, curahan pahala dan ampunan, kehangatan dan kebersamaan umat Muslim dan kedekatan yang lebih intens dengan Pemilik Kehidupan. Setiap insan termotivasi untuk memperbaiki hati dan amal ibadah dan berusaha memantaskan diri untuk dapat meraih cinta Sang Pemilik jiwa. Sungguh kesempatan yang terlalu mahal untuk dilewatkan begitu saja dan biasa-biasa saja. Para salaf terdahulu telah memberi teladan dengan sangat hati-hati dalam menjaga waktu yang mereka miliki di bulan Ramadhan dan tidak menyia-siakan sekejap pun dengan hal yang tidak bermanfaat. Mereka berdoa pada Allah selama enam bulan agar mereka dipertemukan lagi dengan Ramadhan. Lantas mereka juga berdoa selama enam bulan lagi agar Allah menerima amal-amal mereka selama Ramadhan yang lalu.

Nabi Muhammad SAW, teladan yang agung, telah mengajarkan kita bahwa meyakini ibadah yang dilakukan saat ini sebagai kesempatan ibadah terakhir adalah salah satu kunci untuk dapat melakukan ibadah yang optimal dan berkualitas. Dalam hal sholat misalnya, Nabi SAW bersabda, ‘Sholatlah kalian seolah-olah ini adalah sholat yang terakhir.’  Dengan demikian kita akan mengerahkan segala daya dan upaya untuk dapat beribadah dengan kualitas khusyu yang terbaik. 

Demikian halnya dengan bulan Ramadhan. Merenungkan Ramadhan tahun ini sebagai Ramadhan terakhir pun dapat menyadarkan kita untuk berupaya memaksimalkan ibadah di bulan suci ini. Keyakinan ini dapat mencegah penyesalan telah menunda-nunda beramal saleh dan menunda meningkatkan kualitas ibadah karena merasa masih akan bertemu dengan Ramadhan tahun depan, atau bisa melakukan amal saleh di waktu lain. Aku tahu hal ini mudah diucapkan namun memerlukan upaya dan komitmen yang kuat untuk dapat menjalaninya.

Sebagian besar manusia begitu yakin akan bertemu dengan Ramadhan lagi dan lagi, begitu yakin bahwa Allah masih memanjangkan usia mereka. Lalu kita terlena dan dan tidak bersegera menyambut Ramadhan. Kita menjalani Ramadhan dengan orientasi utama menahan lapar dan dahaga dan balas dendam begitu waktu berbuka tiba dengan meriahnya berbagai macam hidangan makanan. Namun masih banyak yang solatnya masih sama di akhir waktu, Al-Qurannya masih sama jarang disentuh untuk ditadarusi setiap helaian mushafnya dan dibiarkan saja sebagai penghias lemari buku. Solat Subuhnya masih sama lewat sesudah terbit matahari, mulutnya masih sama mengumpat dan menggibah. Kita lupa bahwa ada insan lain yang tidak sempat lagi bertemu Ramadhan, mereka dijemput pulang bertemu Pencipta sebelum datang Ramadhan selanjutnya dan itu dapat terjadi pada kita kapan saja Alloh berkehendak.

Dan aku yang telah diberi nikmat usia, kesehatan dan kesempatan, masih diperkenankan Allah Ta’ala untuk bertemu Ramadhan lagi. Dan aku tidak akan pernah tahu adakah kali ini merupakan Ramadhan terakhir untukku atau masih ada Ramadhan selanjutnya. Maka sudah seharusnya aku sujud mensyukuri betapa beruntungnya aku masih terpilih mendapat kesempatan untuk berusaha menjalani Ramadhan dengan sebaiknya. Namun sungguh andai ini Ramadhan terakhirku, aku belum mempunyai bekal yang baik untuk kehidupan abadiku. Aku belum bersungguh-sungguh dalam menjalankan kewajibanku sebagai hamba Allah. Aku belum mengoptimalkan ibadahku di bulan mulia ini. Dan menjelang Ramadhan pamit, selalu terbersit dalam benakku: “Adakah aku sudah lakukan yang terbaik untuk Ramadhan? Adakah ini Ramadhan terakhirku? Tahun depan ada lagi kah  Ramadhan untukku?”

Dengan semua kekurangan dan kelemahanku, aku masih jauh dari melakukan yang terbaik sebagai hamba dan aku tidak ingin ada penyesalan di akhir. Aku ingin selalu ada nama Tuhanku di setiap desah napas dan detak jantungku, di setiap langkahku. Aku tidak ingin menjadi orang yang merugi yang lalai mengisi setiap waktu dalam hidupnya dengan menghamba kepada-Nya. Dan aku tahu sungguh, kematian datang kapan saja tanpa mengenal usia. Dan sebaik-baiknya manusia adalah yang mempersiapkan bekal untuk akhiratnya.

Duhai Illahi, walau ini bukan Ramadhan terakhirku, mudahkanlah aku memenuhi kewajiban penghambaanku pada-Mu, sibukanlah aku untuk selalu berdzikir padamu, khusyukanlah sholatku, cintakanlah aku pada Al-Qur’an dan mudahkanlah aku dalam mentadarusinya, mudahkanlah aku dalam mentadaburi tanda-tanda kebesaran-Mu yang terbentang di semesta raya, ringankanlah aku dalam menolong hamba-Mu yang membutuhkan, bangunkanlah aku selalu untuk menemui-Mu dalam sholat malamku, semangatkanlah aku dalam menjalankan sholat Tarawih dan berburu malam istimewa yang lebih baik dari seribu bulan, cintakanlah aku pada-Mu Wahai Pemilik hidup dan matiku. 

Namun Tuhanku, andai ini Ramadhan terakhirku, jadikanlah ia Ramadhan yang paling berarti dalam menerangi kegelapan hatiku menuju cahaya-Mu, yang menuntun langkahku meraih setitik cinta-Mu.

Selalu doaku melangit, semoga kesempatan masih ada untukku kembali menemui Tamu mulia, Ramadhan Mubarak di tahun depan dengan iman dan ihsan yang lebih baik. Semoga keberkahan dan cahaya di bulan Ramadhan akan membias dalam keseharianku di titian waktu selanjutnya.

Sang perindu Ramadhan.


Photo by Jonathan Borba on Unsplash

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *