Produktif Menulis di Bulan Ramadhan

Oleh: Arya Noor Amarsyah

Para sahabat Rasulullah Saw berharap agar semua bulan itu Ramadhan. Mereka tahu keistimewaan Ramadhan dibanding bulan lainnya. Pahala berlipat-lipat, sedangkan mereka adalah sosok yang ‘rakus’ dengan pahala. Begitu dikabarkan peroleh surga, tanpa ragu harta sebanyak apa pun dikorbankan. 

Di bulan ini juga, syetan diikat. Dengan diikatnya musuh yang nyata sudah tidak ada, maka penghalang untuk beramal sholih tidak ada. Tinggal mengendalikan diri, mengendalikan hawa nafsu sebaik mungkin. 

Satu lagi keutamaannya. Doa bagi orang yang berpuasa dan berbuka puasa dikabulkan oleh Allah. Para sahabat tentu tahu Allah pengabul doa. Tapi dengan masuknya bulan Ramadhan, pengabulan doa lebih-lebih. Mereka pasti tahu bahwa sepertiga malam terakhir di tiap hari merupakan waktu makbul. Masuknya bulan Ramadhan tentu berbeda.

Belum lagi Lailatul Qodar. Para sahabat merupakan sosok yang tidak merasa bangga dengan amal sholihnya. Walau Allah telah mengabarkan bahwa Dia ridha pada mereka. Meski Rasulullah saw sudah memberitahu bahwa mereka yang ikut Perang Badar memperoleh keistimewaan, namun mereka tetap saja semangat beramal sholih. 

Wajar bila para sahabat berharap semua bulan itu adalah Ramadhan. Juga rindu akan datangnya Ramadhan tahun depan, meski baru saja berpisah, tapi sudah rindu.

Siapa yang tidak rindu pada suasana Ramadhan. Gambaran sosok takwa, nampak dalam tiap laku. Ingin berbuat itu, ingin berbuat ini, khawatir salah. Takut membatalkan puasa. 

Alhamdulillah Ramadhan tahun ini, nyaris tidak beda dengan setahun  yang lalu. Karena setahun lalu sudah masuk masa Pandemi. Jika sebelum Pandemi, -alhamdulillah- dapat jatah penceramah kultum dan imam tarawih di musholla. Begitu masuk masa Pandemi, mama yang meminta saya jadi imam sholat Tarawih di rumah. 

Selain ibadah-ibadah di atas, tahun lalu juga Writing Challenge yang diadakan FLP Ogan Ilir dan FLP Jakarta. Masing-masing tantangan menulis selama 30 hari. Alhamdulillah target menulis 30 hari di dua tantangan tercapai. 

Tahun ini pun, Alhamdulillah terima Writing Challenge juga. Pertama tantangan menulis dari FLP Ponorogo dengan tema tadabbur Al-Quran. Yang terpenting tulisan minimal berisi satu ayat Al-Quran. Temanya bebas. Tulisan minimal terdiri dari 200 kata. Oh ya, tantangan menulis ini selama 15 hari. 

Tantangan selanjutnya dari BooksForCare. Ini lumayan mikir untuk membuatnya. Selain minimal kata yang ditulis lumayan banyak, tema juga ditentukan. Jika tema yang dipilih sudah ada gambarannya di kepala, insya Allah mudah. Tapi bila tidak ada gambarannya sedikitpun, bagaimana untuk menuliskannya. Writing Challange kali ini untuk lima tulisan saja. Semoga ada tulisan saya yang terpilih dan jadi salah satu tulisan dalam buku antologi. Aamiin. 

Writing Challenge berikutnya datang dari Ellunar Publisher. Tantang ini dimulai sejak awal bulan ini hingga akhir bulan. 

Alhamdulillah tantangan menulis tahun ini, lebih banyak dari tahun sebelumnya. Entah mengapa, ketika masuk bulan Ramadhan, produktivitas menulis malah meningkat. 

Karena banyak tantangan menulis yang diikuti, saya perlu mengatur waktu dengan ketat. Waktu untuk ibadah ritual, kerjaan kantor dan Writing Challenge. 

Khusus untuk kondisi produktif menulis di bulan Ramadhan ini, saya jadi ingin sekali rasanya bulan Ramadhan di setiap bulan. Setidaknya saya berharap, dapat menulis banyak buku di bulan Ramadhan tahun. Apakah mungkin? Dengan bantuan Allah, tidak ada yang tidak mungkin. Aamiin.  

#RamadhanWritingChallenge

#ramadhanbersamabooks4care

#ramadhanproduktif


Photo by Amador Loureiro on Unsplash

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *