Oleh: Anby
Salah satu tujuan dari pernikahan antara kaum Adam dan hawa adalah untuk mendapatkan keturunan, dan tentunya bukan hanya meminta dianugerahi keturunan biasa, melainkan berharap dianugrahi keturunan yang dapat menjadi sebagai penyejuk mata ketika letih menyapa, penerus generasi, pelengkap keharmonisan keluarga serta menjadi tempat berteduh ketika masa senja menyapa.
Ini kisah tentang teman guru saya yang sudah lama menantikan momongan dalam kehidupan berumah tangganya. Sudah hampir memasuki tahun keenam pernikahan, namun ia belum juga diamanahi keturunan. Begitulah, kita tidak bisa menentukan waktunya karena ini semua kehendak yang kuasa. Terkadang tidak semua orang langsung dan cepat mendapatkan keturunan. Ada yang lambat dan bahkan ada yang tidak mendapatkan sama sekali.
Berbagai macam ikhtiar sudah ia lakukan, dari konsultasi kepada dokter satu ke dokter lainnya, hingga melakukan pemeriksaan ini itu yang terbilang cukup menguras tenaga dan dana. Selain ikhtiar itu, ia juga melakukan beberapa jamu herbal, bahkan meminta didoakan oleh orang pintar pun sudah ia jabanin, namun begitulah, jika belum waktunya, sekeras apapun kita meminta, ia tak kunjung diberikan.
Namun satu hal yang harus selalu kita pegang, sesulit apapun, seletih apapun, putus asa bukanlah pilihan pantas yang bisa kita ambil, kita bisa bercermin untuk hal ini kepada kisah nabi Zakariya, nabiyullah yang Soleh yang doanya selalu dikabulkan namun diuji dalam hal keturunan.
Ketika hati mulai lelah dan berpasrah sepenuhnya kepada yang kuasa, keajaiban itu pun datang. Tepat di awal ramadhan tahun ini, tespek yang selama ini selalu menampakkan garis satu, kini menampakkan garis dua, garis yang selalu diimpikannya selama ini.
“Pagi itu, ketika bangun dari tidur, saya memberanikan diri untuk melakukan tes kehamilan, setelah telat datang bulan. meski rasa takut selalu menyelinapi hati, namun kali ini aku mencoba untuk lebih berani dan mencoba lebih kuat dan ikhlas menerima hasilnya. Selang lima menit, ketika alat mungil itu kuangkat dari gelas kecil itu, terlihat samar garis dua di atasnya. Awalnya Semua terasa mimpi, untuk itu aku mencoba bersabar dan menunggu keesokan harinya untuk memberitahu suamiku ketika sudah kupastikan ulang. Keesokan harinya, garis kemarin yang terlihat samar kini terlihat semakin jelas. Rasanya tak sanggup lagi membendung air mata ini, seketika itu, aku berlari menuju kamar untuk memberitahukan suamiku akan anugrah ini. Seketika kita pun menangis terharu mendapatkan semua keajaiban ini”
Ia begitu bahagia hingga selalu meneteskan air mata ketika sedang menceritakan moment ajaib itu kepada kita, rekan mengajarnya.
Baginya ini adalah keajaiban yang luar biasa yang ia dapatkan, sosok keturunan yang ia impikan selama ini, kini sedang bersemi di rahimnya, sungguh luar biasa.
Ketika kita tanya promil mana yang mengantarkannya pada kebahagiaan ini. Ia malah kebingungan, karena satu bulan sebelum dinyatakan positif, ia berhenti promil dari yang herbal maupun dokter, ia memutuskan untuk menjalankan pola hidup sehat saja. Namun selang beberapa menit kemudian, setelah ia terlihat mengingat – ingat sesuatu, ia ingat. “Bulan ini. Teman saya menyarankan agar saya selalu mendoakan keturunan bagi saudara suadranya yang tengah menantikan momongan, tanpa fikir panjang. Sayapun melakukan hal yang disarankan oleh temanku itu. karna menurutku, saat kita mendoakan kebaikan untuk saudara kita, maka malaikat akan mendoakan kebaikan yang sama untuk kita seperti doa kita untuk saudara kita.”