Mana Takjilku?

Oleh: Nur Fitri Agustin

Pernah mengalami kejadian konyol saat ramadhan? Pengalaman-pengalaman semasa kecil sampai dewasa ketika ramadhan tentunya ada beberapa yang konyol seperti lupa menekan tombol cook pada rice cooker sehingga saat berbuka eh nasi masih berupa rendaman air dan beras, jadilah berbuka hanya dengan minuman saja.

Ada juga pengalaman konyol lainnya semasa kuliah dulu. Sore itu, menjelang beduk magrib aku dan sahabatku, Tamaroh, menuju masjid kampus untuk mendengarkan kajian menjelang buka puasa. Sebagai mahasiswa, tentunya sudah menjadi rutinitas mendengarkan kajian sekaligus mencari takjil untuk menghemat pengeluaran hehehe.

Nah sore ini, kamipun mengunjungi Masjid Fatimatuzzahra dekat dengan komplek kampus bahasa inggris. Mengapa memilih masjid ini? Selain tema kajian yang menarik pembahasannya, juga karena masjid ini dekat dengan komplek kampus bahasa inggris yang terkenal ganteng-ganteng ikhwannya, ups! Sedang puasa ya kok masih mikirin ginian.

Pas banget nih dengan tema kajian sore ini yaitu tentang virus merah jambu. Virus yang menjangkiti kalangan jombowan dan jomblowati dengan dalih mencari pasangan yang pas, eh malah terjebak dengan ta’aruf mandiri alias pacaran. Hayooo, siapa yang pernah mengalaminya?

Kajian belum dimulai, kami sudah disuguhi pemandangan modis para ikhwan dan akhwat dari kampus bahasa inggris sebagai panitia kajian kali ini. “Ssstttt Tam, kayaknya besok besok kita ngabuburit di sini aja ya. Lumayan ini cuci mata,” bisikku ke Tamaroh. Eh, Tamaroh hanya terkekeh.

Berbeda dengan kami yang dari kampus fakultas ilmu social dan ilmu politik yang secara penampilan kurang modis. Entah mengapa, sepertinya tiap kampus sudah mempunyai stereotip sendiri sendiri. Seperti kampus ekonomi dan bahasa inggris yang mahasiswanya sangat gaul, modis, kekinian. Bagaimana dengan kampus kalian?

Ketika kajian sudah hampir selesai, saat itu menunjukkan pukul 17.30, dimulailah pembagian takjil. Wah ini dia yang ditunggu-tunggu. Dari jauh, sudah kami pantau menu takjilnya berupa bungkusan nasi, kolak dan minuman jahe hangat. Ehmm, sungguh menggiurkan nih. Senang dong menunya banyak begitu, perbaikan gizi juga kan.

Akhirnya menu takjil tersebut sampailah ke tangan kami. Sambil menunggu waktu berbuka, kami isi dengan tilawah. Selang beberapa menit kemudian, terdengarlah dering handphone Tamaroh. “Halo Isti, assalamu’alaikum!” sapa Tamaroh. Terlihat TAmaroh mengangguk-angguk kemudian menutup handphonenya. 

“Fit, aku mau jemput Isti dulu ya. Dia di perempatan deket masjid ini, mau kesini juga” jelas Tamaroh. Akupun menganggukkan kepala sambil terus melanjutkan tilawahku. Aku lirik jam tanganku, menjelang berbuka nih. Aku berinisiatif untuk berwudhu dulu agar nantinya tidak mengantri saat adzan magrib. Ealah ternyata dugaanku salah. Antrian para akhwat untuk berwudhu sangat panjang. 

Akhirnya selesai sudah wudhu, aku kembali ke tempat semula dan bertemu Tamaroh serta Isti. Aku celingukan melihat kanan kiri tempatku duduk. Mana takjilku dan takjil Tamaroh? Padahal aku sudah menyimpannya di pojok tiang sisi sebelah kanan. Oalah, ternyata takjil kami sudah beralih tangan diambil oleh pemulung yang biasa mengambil bekas air mineral di sekitar masjid. Nasib, nasib, buka puasa kali ini hanya denga kurma yang dibawa oleh Isti.


Photo by Lukas Blazek on Unsplash

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *