Ramadhan dan Buku Amaliah

Oleh: Nuzulia

Ramadhan  mubarak! Ramadhan adalah salah satu bulan yang paling saya tunggu saat kecil. Karena pada bulan Ramadhan, saya bisa tidak memakai baju seragam ke sekolah. Saat Ramadhan, tidak ada kegiatan pembelajaran di kelas hanya kegiatan pesantren ramadhan. Nah, saat pesantren ramadhan inilah kami bisa memakai pakaian muslim ke sekolah. Mulailah perbincangan tentang “Wah, jilbabmu cantik sekali!”. “Beli baju gamis di mana?”, ada juga yang pamer “Aku pakai baju baru loh!”.

Selain persoalan seragam, pesantren ramadhan sewaktu kecil juga menyisakan cerita tentang buku amaliah ramadhan. Di awal kegiatan pesantren, setiap siswa diberi buku Amaliah Ramadhan.. Kamu tahu apa yang menyenangkan dari buku ini? Teruslah membaca, akan kuceritakan.

Jadi, di buku ini berisi tentang daftar amalan yang harus kami kerjakan selama ramadhan. Mulai dari kegiatan puasa, shalat wajib, shalat tarawih, hafalan surah pendek, sampai kegiatan baik yang kami lakukan setiap hari. Yaa, kurang lebih isinya mirip planner. Pada kegiatan shalat tarawih, ada catatan yang harus diisi. Kami harus mengisi tentang judul ceramah tarawih pada malam itu dan inti dari ceramah tarwih yang disampaikan, kemudian ditutup dengan bubuhan tanda tangan dari sang ustadz. Nah, mulailah kalasi’ kami dimulai.

Umumnya ceramah tarawih durasinya cukup panjang. Kami, anak kecil yang duduknya tidak bisa diam berpikir cara agar buku amaliah ramadhan terisi tetapi kami tetap bisa bermain. Untuk mengakali ini, kami hanya duduk sebentar menunggu judul ceramah disampaikan oleh ustadz kemudian ditulis di buku amaliah lalu keluar bermain di teras masjid alih-alih mendengarkan ceramah. Sedangkan, untuk inti ceramah kami mengarang bebas.

Setelah shalat tarawih, kami kemudian berbaris antri seperti bebek untuk meminta tanda tangan ustadz. Huhuh, sejujunya ini bagian yang tidak kusukai. Karena terkadang, ustadz tiba-tiba menanyakan apa hal yang bisa kami pelajari dari apa yang disampaikan beliau. Dan diriku yang sibuk bermain, tidak tahu apa-apa tentang isi ceramahnya. Akhirnya senjata utamaku keluar, tersenyum malu sambil menunduk dan bilang “Iye’, kulupaiki puang!”. Huhh.

Masih tentang buku amaliah ramadhan, dalam kegiatan shalat juga harus ada tanda tangan dari orang tua atau imam shalat. Jadi, setiap subuh kami dengan semangat bersama-sama ke mesjid. Bukan tentang shalatnya kami jadi semangat, tetapi tentang kegiatan setelah shalat. Setelah shalat subuh, kami pergi jalan-jalan santai alias JJS. Istilah saja yang jalan-jalan santai, tetapi aslinya lomba lari :D. Karena masih subuh jadi jalanan masih gelap ditambah lagi jarak antar rumah berjauhan. Mulailah ada yang bercerita tentang hantu-hantu yang dit tempat yang kamu lalui. Dan tanpa komando, kami semua lari terbirit-birit takut ada hantu yang tiba-tiba muncul. Berbekal lampu senter yang di bawa, kami menyusuri jalan ke batas dusun lalu kembali sampai di batas dusun lain. Ahh, ramadhan masa kecilku. Aku rindu!


Photo by Kelly Sikkema on Unsplash

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *