Kenangan Indah Bersama Ramadan

Oleh: Riza Eka Putri, S.Pd

Ramadan adalah bulan yang kedatangannya ditunggu oleh semua umat muslim dunia. Tua muda dan anak-anak bergembira menyambut kedatangan tamu yang mulia ini. Semua bersuka cita, terlebih lagi anak-anak, entah itu ngabuburitnya, tarawih, sahur keliling, petasan dan kembang api, iming-iming orang tua ketika sang anak menuntaskan puasanya, atau THR yang didapat ketika lebaran tiba. Banyak sekali momentum Ramadan ketika kecil yang berkesan. Kegiatan- kegiatan yang hanya bisa dilakukan pada saat bulan Ramadan tiba.

Benarlah kiranya, Ramadan adalah bulan Rahmah dan penuh berkah. Semua orang Allah mudahkan untuk berbuat kebaikan. “Pintu-pintu surga di buka, pintu-pintu neraka ditutup dan setan-setan dibelenggu.” Tak pandang siapa, baik kaya maupun miskin, besar ataupun kecil seakan-akan berlomba untuk berbuat baik, menjadi hal yang tabu sekali mendengar kata-kata kotor ataupun seenaknya makan dan minum ditengah orang yang berpuasa.

Aku bersyukur dilahirkan di sebuah kota kecil yang masih kental nuansa keislamannya. Ranah minang tercinta yang menjunjung tinggi adat basandi syara’, syara’ basandi kitabullah. Jika Ramadan tiba, kami dikumpulkan dan diberi wejangan oleh sang ayah.

 “Nak, insyaAllah besok Ramadan, malam ini kita mulai tarawihnya,”kata Ayah. Kami diajarkan kembali niat puasa, diingatkan lagi hal-hal yang dapat membatalkan puasa dan ilmu-ilmu dasar tentang puasa. Kebetulan ayahku juga seorang guru mengaji, setiap habis solat magrib aku dan anak tetangga sekitar rumah mengaji di rumah kami.

Apa yang paling berkesan bagimu teman ketika Ramadan datang dimasa kecilmu?

Kalau kamu bertanya padaku apa yang paling berkesan bagiku? Jawabnya semuanya berkesan.

Sejak kecil, Ayah dan Ibu sudah membiasakan kami untuk berpuasa, walaupun nanti puasanya penuh atau seberapa kami kuat. Ayah dan Ibu tidak pernah memaksa, mereka hanya menanamkan dan membiasakan ibadah sejak dini kepada kami anak-anaknya. Membangunkan kami ketika sahur, setelah subuh boleh tidur lagi. Tapi tak jarang kami bukannya tidur setelah solat subuh, malah asyik main bersama teman. Kami dibiasakan solat subuh, aku dan teman-teman solat subuh di mesjid tempat tinggalku. Jarak mesjid dari rumah sekitar 500 m, tapi tidak menyurutkan kami berangkat ke mesjid.

Waktu itu, alangkah aibnyakan ketika puasa tidak penuh akan jadi sorakan teman-teman. Mungkin kamu semua juga pernah mengalaminya, puasanya setengah hari berbuka dulu nanti lanjut lagi puasanya, agar tidak jadi bahan ejekan teman-teman. Wah, kalau diingat-ingat jadi malu. Atau ketika detik-detik berbuka akan tiba semua duduk manis di depan meja makan sambil memandangi menu pabukoan yang sudah tersedia di atas meja entah itu masakan ibu atau hasil ngabuburit di pasar pabukoan. Mereka seakan memanggil-manggil untuk segera di santap. Segelas air putihpun terlihat menggoda. Tiap sebentar jam dinding dilirik, seakan-akan jarum jam bergerak lambat dan mau dibantu untuk menggerakkannya. Sirene berbunyi, menjadi penanda kebahagian hari itu, karena berhasil menuntaskan misi puasa.

Solat tarawih juga menjadi keseruan tersendiri bagiku dan teman-teman. Kami terbiasa berjalan kaki setelah berbuka dan solat magrib untuk pergi ke mesjid yang berbeda setiap malamnya. Ganti suasana, kata kami waktu itu. Apalagi ada tugas dari sekolah mengisi buku agenda Ramadan yang dilengkapi dengan kegiatan ibadah selama Ramadan. Minta tanda tangan ustadz yang berceramah juga hal yang tidak boleh terlupa apalagi stempel mesjid atau mushala sebagai bukti resmi ikut mendengar ceramah ustadz, walaupun terkadang yang dicatat lupa apa isinya. Malam takbiran juga menjadi hal yang paling spesial sekali setahun, ikut takbir keliling semarak menyambut hari kemenangan. Setelah sebulan penuh berpuasa melawan hawa nafsu.

Begitulah Ramadan selalu memberi warna tersendiri bagi setiap muslim, apalagi dimasa anak-anak semuanya membawa kenangan yang indah dan tak akan terlupakan. Kamu tentu juga memilikinya bukan?

Semoga semangat Ramadan kita semakin meningkat dan terjaga, walaupun sudah disibukkan dengan pekerjaan duniawi karena kita sudah memahami urgensi Ramadan. Sesederhana sang kanak-kanak berfikir, bahagia dan menikmatinya tanpa beban. Semoga Ramadan kali ini menjadi Ramadan terbaik dalam hidup kita.


Photo by Hasan Almasi on Unsplash

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *